
Masquerade of The Guilty
; Furina (Genshin Impact)
Dan dunia adalah panggung
Yang menawarkan beragam drama
Sebuah topeng melingkupi wajahmu
Dan kau mulai menari
Menipu dunia
Sumenep, 2024
Angin yang Terjeruji
; Venti (Genshin Impact)
Dan kehilangan akan membuatmu
Jadi angin yang tertahan
Dalam sebuah ruang tanpa ventilasi
Kau mendekam di sana
Dengan sayat luka
Yang kian menyebarkan amis darah
Matahari merah mawar di atas Mondstadt
Semerbak angsoka dan calla lily
Hymne kebebasan Knights of Favonius
Tertahan dalam bayang-bayang
Matamu yang jatuh sebagai hujan
Telah membangun jeruji
Hingga memisahkanmu dari segala suka
Maka kau bertanya-tanya
Sebenarnya apa arti sebuah pertemuan?
Apakah itu molotov
Yang rajin menghitung
Kapan kiranya waktu terbaik
Untuk menjatuhkanmu ke dalam abyss?
Sumenep, 2024
Renungan Anak Tentang Materi Arkeologi Seribu Tahun Depan
Kelak kita akan berakhir
Sebagai senyap
Nama-nama
Dan setiap yang kita beri nama
Akan difermentasi masa
Tidak akan ada lagi rumah
Kucing yang pernah mengeong minta makan
Motor yang kerap dikendarai
Membelah jalan kota, ditilang polisi
Baju sepatu yang dibeli dari diskon meriah 12.12
Atau gelak tawa dalam sebuah pesta
Atau Pertemuan
Cerita
Bahkan kata-kata
Semuanya bakal lesap dalam masa yang entah
Kita pada akhirnya akan berakhir sebagai kenangan;
Lapis tipis kerak bumi
Kita akan menjadi cairan bening kuning
Mengisi sebuah ruang dalam kendaraan bermotor;
Jadi bahan bakar
Lalu kita tak lebih dari sekadar asap
Keluar pelan-pelan dari knalpot motor bebek
Yang terkentut-kentut;
Ternyata kita tak pernah sesuci
Seperti yang kita angankan
Di masa yang entah
Kita tak bakal beda dengan dinosaurus
Di masa yang entah
Kita tak ubahnya artefak
Kelak jadi objek kajian pelajaran arkeologi
Kita bakal berakhir sebagai ketiadaan
Tanpa nama
Maka masih pentingkah nama?
Masih bolehkah kita jemawa?
Sumenep, 2024
Moksa
Ketika kepergian tidak menyisakan
Apa yang dinamakan rindu
Sebuah sayap mengepak kuat
Tumbuh dari kurus pundak
Tidak ada rumah
Yang bakal diratapi bayang-bayang
Sebab kepalamu telah menyalakan api
Melalap bunga-bunga
Yang pernah kau sebut halaman
Jari-jarimu runcing
Masih menyisakan darah
Selepas kenangan-kenangan
Mampus dalam genosida
Wajah-wajah masa lalu
Tumpaslah sudah
Kau berjalan maju
Tanpa menanggung luka
Sumenep, 2024
Petang
Senja perlahan merayap
Gema maghrib berkumandang
Mencairkan segala bentuk ingatan
Sebuah kitab telah khatam
Dan pelukan pecah
Jadi ribuan kupu-kupu
Yang berkejaran menuju bilik-bilik mega
Maghrib berkumandang
Dan waktu mengutuk wajahmu
Jadi untaian benang-benang hujan
Yang deras jatuh dari mataku
Sumenep, 2024
Sendiri
;Velas (Skialingga)
Di matamu kesendirian begitu azali
Percakapan-percakapan yang sempat berdengung
Di menit-menit yang jadi sehimpun abjad
Telah tertinggal jauh
Serupa sebuah gundukan
Di timangan akar kamboja
Malam tanpa manik bintang
Gelap paripurna
Menggenapi hakikat fana
Bahwa dalam persinggahan
Semua yang bertukar salam
Akan segera pergi
Dan sebelum kau hendak mengelak
Sebuah luka telah tercangkul dalam
Dadamu pun rekah
Serupa cangkang telur
Pecah terbagi dua
Hampa kuat mendera
Dan tak ada yang lebih karangan bunga
Daripada jantung berdetak
Seiring sirnanya sisa-sisa sebuah pelukan
Kuala Lumpur, 2024
Persinggahan
Tubuh kita
Stasiun kereta
Yang kerap memberhentikan lokomotif
Membiarkan semua di dalamnya
Memeluk, mencumbu, melebur
Sebagai jalinan rumit ingatan
Lalu, ketika pluit berbunyi
Segalanya bergegas pargi
Nice to meet you
Lokomotif berangkat
Lengang kembali datang
Dengan pisau yang lebih tajam
Dari sebelumnya
Sumenep, 2024
HP Baru
untuk orang tua yang resesi ketika corona
Berjalan pelan susuri gang sempit
Langkah maju perlahan menyusun mozaik
Dari bangkai keberanian
Yang pecah berlembing-lembing.
Berbekal kasih seorang ayah
Yang tak terhimpun kata,
Benih hujan yang membasuh wajah anak
Mengubah tanganmu jadi molotov
Meledakkan dada manusia lainnya.
Gang itu kau lalui,
Mozaik yang menyusun
Pecahan lembing keberanianmu
Telah rampung sebagai
Satu entitas baru;
Getir=pandir
Dan binar pada kornea seorang anak
Membuat segala keraguan
Terbakar seperti sampah di incinerator.
"Ini HP untukmu, nak
Galahlah rapor, ijazah, toga,
Dengan app-app di dalamnya."
Lengkung bulan sabit
Membingkai senyum wajah anakmu
Dan segera rumah itu
Menggenapi kodratnya
"Baiti jannati"
Lalu, sayup berita mengepak
Berembus secepat kaki cahaya menjejak
"Sebuah masjid di kampung sebelah
Terbelah kubahnya
Setelah kotak amal di sana
Dilahap seekor serigala."
Sumenep, 2024
Fathurrozi Nuril Furqon, alumnus TMI Al-Amien Prenduan 2021 dan Mahasiswa UNIA. Suka membaca dan menulis.




