Renungan Anak Tentang Materi Arkeologi Seribu Tahun Depan  dan Puisi-Puisi Lainnya

07/11/2025

 

 Masquerade of The Guilty 

; Furina (Genshin Impact) 

 

Dan dunia adalah panggung 

Yang menawarkan beragam drama 

Sebuah topeng melingkupi wajahmu 

Dan kau mulai menari 

Menipu dunia 

 

Sumenep, 2024 

 

 

Angin yang Terjeruji 

; Venti (Genshin Impact) 

 

Dan kehilangan akan membuatmu 

Jadi angin yang tertahan 

Dalam sebuah ruang tanpa ventilasi 

 

Kau mendekam di sana 

Dengan sayat luka 

Yang kian menyebarkan amis darah 

 

Matahari merah mawar di atas Mondstadt 

Semerbak angsoka dan calla lily 

Hymne kebebasan Knights of Favonius 

Tertahan dalam bayang-bayang 

 

Matamu yang jatuh sebagai hujan 

Telah membangun jeruji 

Hingga memisahkanmu dari segala suka 

 

Maka kau bertanya-tanya 

Sebenarnya apa arti sebuah pertemuan? 

Apakah itu molotov 

Yang rajin menghitung 

Kapan kiranya waktu terbaik 

Untuk menjatuhkanmu ke dalam abyss? 

 

Sumenep, 2024 

 

 

Renungan Anak Tentang Materi Arkeologi Seribu Tahun Depan 

 

Kelak kita akan berakhir 

Sebagai senyap 

 

Nama-nama 

Dan setiap yang kita beri nama 

Akan difermentasi masa 

 

Tidak akan ada lagi rumah 

Kucing yang pernah mengeong minta makan 

Motor yang kerap dikendarai 

Membelah jalan kota, ditilang polisi 

Baju sepatu yang dibeli dari diskon meriah 12.12 

Atau gelak tawa dalam sebuah pesta 

Atau Pertemuan 

Cerita 

Bahkan kata-kata 

 

Semuanya bakal lesap dalam masa yang entah 

Kita pada akhirnya akan berakhir sebagai kenangan; 

          Lapis tipis kerak bumi 

Kita akan menjadi cairan bening kuning 

Mengisi sebuah ruang dalam kendaraan bermotor; 

Jadi bahan bakar 

Lalu kita tak lebih dari sekadar asap 

Keluar pelan-pelan dari knalpot motor bebek 

Yang terkentut-kentut; 

           Ternyata kita tak pernah sesuci 

           Seperti yang kita angankan 

Di masa yang entah 

Kita tak bakal beda dengan dinosaurus 

Di masa yang entah 

Kita tak ubahnya artefak 

Kelak jadi objek kajian pelajaran arkeologi 

 

Kita bakal berakhir sebagai ketiadaan 

Tanpa nama 

Maka masih pentingkah nama? 

Masih bolehkah kita jemawa? 

 

Sumenep, 2024 

 

 

Moksa 

 

Ketika kepergian tidak menyisakan 

Apa yang dinamakan rindu 

Sebuah sayap mengepak kuat 

Tumbuh dari kurus pundak 

 

Tidak ada rumah 

Yang bakal diratapi bayang-bayang 

Sebab kepalamu telah menyalakan api 

Melalap bunga-bunga 

Yang pernah kau sebut halaman 

 

Jari-jarimu runcing 

Masih menyisakan darah 

Selepas kenangan-kenangan 

Mampus dalam genosida 

 

Wajah-wajah masa lalu 

Tumpaslah sudah 

Kau berjalan maju 

Tanpa menanggung luka 

 

Sumenep, 2024 

 

 

Petang 

 

Senja perlahan merayap 

Gema maghrib berkumandang 

Mencairkan segala bentuk ingatan 

 

Sebuah kitab telah khatam 

Dan pelukan pecah 

Jadi ribuan kupu-kupu 

Yang berkejaran menuju bilik-bilik mega 

 

Maghrib berkumandang 

Dan waktu mengutuk wajahmu 

Jadi untaian benang-benang hujan 

Yang deras jatuh dari mataku 

 

Sumenep, 2024 

 

 

Sendiri 

;Velas (Skialingga) 

 

Di matamu kesendirian begitu azali 

Percakapan-percakapan yang sempat berdengung 

Di menit-menit yang jadi sehimpun abjad 

Telah tertinggal jauh 

Serupa sebuah gundukan 

Di timangan akar kamboja 

 

Malam tanpa manik bintang 

Gelap paripurna 

Menggenapi hakikat fana 

Bahwa dalam persinggahan 

Semua yang bertukar salam 

Akan segera pergi 

Dan sebelum kau hendak mengelak 

Sebuah luka telah tercangkul dalam 

Dadamu pun rekah 

Serupa cangkang telur 

Pecah terbagi dua 

 

Hampa kuat mendera 

Dan tak ada yang lebih karangan bunga 

Daripada jantung berdetak 

Seiring sirnanya sisa-sisa sebuah pelukan 

 

Kuala Lumpur, 2024 

 

 

Persinggahan 

 

Tubuh kita 

Stasiun kereta 

Yang kerap memberhentikan lokomotif 

Membiarkan semua di dalamnya 

Memeluk, mencumbu, melebur 

Sebagai jalinan rumit ingatan 

 

Lalu, ketika pluit berbunyi 

Segalanya bergegas pargi 

Nice to meet you 

Lokomotif berangkat 

Lengang kembali datang 

Dengan pisau yang lebih tajam 

Dari sebelumnya 

 

Sumenep, 2024 

 

 

HP Baru 

untuk orang tua yang resesi ketika corona 

 

Berjalan pelan susuri gang sempit 

Langkah maju perlahan menyusun mozaik 

Dari bangkai keberanian 

Yang pecah berlembing-lembing. 

Berbekal kasih seorang ayah 

Yang tak terhimpun kata, 

Benih hujan yang membasuh wajah anak 

Mengubah tanganmu jadi molotov 

Meledakkan dada manusia lainnya. 

 

Gang itu kau lalui, 

Mozaik yang menyusun 

Pecahan lembing keberanianmu 

Telah rampung sebagai 

Satu entitas baru; 

          Getir=pandir 

Dan binar pada kornea seorang anak 

Membuat segala keraguan 

Terbakar seperti sampah di incinerator. 

 

"Ini HP untukmu, nak 

Galahlah rapor, ijazah, toga, 

Dengan app-app di dalamnya." 

 

Lengkung bulan sabit 

Membingkai senyum wajah anakmu 

Dan segera rumah itu 

Menggenapi kodratnya 

"Baiti jannati" 

 

Lalu, sayup berita mengepak 

Berembus secepat kaki cahaya menjejak 

"Sebuah masjid di kampung sebelah 

Terbelah kubahnya 

Setelah kotak amal di sana 

Dilahap seekor serigala." 

 

Sumenep, 2024 

 

 

Fathurrozi Nuril Furqon, alumnus TMI Al-Amien Prenduan 2021 dan Mahasiswa UNIA. Suka membaca dan menulis.