Penguburan Diri
Aku belajar mengubur
dari kelahiran prematur
di rumah-rumah penyalin
milik tuhan
ia berbeda dari Tuhan dalam kitab suci,
ia berada dalam tubuh tiap laki-laki
mengisbatkan diri sebagai tuhan
mengabaikan yang liyan
dan sebagai perempuan,
aku berjalan lesu.
Mengubur
pakaian,
kemalangan
lalu berserah pada Tuhan yang terselip
di rongga-rongga tubuhku
Laut Berpagar
Sebagian tubuh terperangkap
sebagian lain membentang
Dunia kisruh:
mencari kebaikan
melalui arah angin
terdengar bual angin daratan
mengenai harapan peradaban—
mengelabui birunya lautan
deru gagal menerjemahkan ombak;
menyerbak gairah pembebasan
atas laut yang membentang
sesuatu mengalir dan tumbuh
dalam kejanggalan tubuh,
dan kini terancam mati
bersama gemuruh nelayan.
Malam Itu Aku Jatuh dan Tertiban Sepeda
Dari lututku pedih mengucur kental
dan kerikil menempel dikeruh kulitku,
Ibu menuding melalui merah matanya
yang pedih melebihi tertiban sepeda
namun Ayah terus mengayuh
membekap rintih dari mulut Ibu
Dismorfik
di sana tersaji
sepiring nasi
hampir basi
dan,
segelas muntah
kutelan seluruhnya
menanti terima
dan,
manisan kata
. . . .
. . .
. .
.
tak kunjung datang.
Akhir yang Kuharap Tidak Pernah Sampai
kisah tak karuan antara kau dan aku
menjelma apa yang kita sebut cinta,
kemumetan jalan Jakarta dan motormu
pacaran di sepanjang jalan tanpa arah
kencan pertama, kedua, ketiga
menunda-nunda akhir
dan
menghapus tanda final
dari tiap gombalan
kita abadi di Jakarta
sesekali di Depok,
rel-rel kereta dan
gerbong dingin
di antara udara gerah siang hari
dan harum manis “bangkit usai pesta”
kita berada di alam barzah
penuh penantian
dan keengganan
dan mungkin cinta perlu mati
untuk bangkit dan abadi
Bella seorang perempuan kelahiran Jakarta, April 2000. Dan kini tumbuh serta mengakar di Depok, selain menulis puisi ia juga gemar menulis opini yang dapat dibaca secara gratis melalui medium.com/@bellalba. Dan akun instagram @nabillabataty yang biasa ia gunakan untuk mengunggah buku serta bacaannya.