Dari Aplikasi ke Aplikasi  dan Puisi-Puisi Lainnya

31/10/2025

 

 

404 Not Found 

Tubuhku terus saja mengubah trauma jadi data, terus saja 

mengubah nyeri jadi memori—dan kamera mereka jadi 

metafora dan metonimi. Gawai ialah akuarium digital 

yang bisa dibawa ke mana saja. Dan sekalian tenggelam 

amat dalam; tak mati, tapi tak genap dapat disebut hidup. 

Sebuah sejarah yang buram datang, mendiaknosisku; 

menyaranku agar merenovasi diri. Kekuasaan telah 

menyeleksi sejarah, membatasi biografi; memintaku, 

percaya telah ketahui segala—dengan sebersihnya 

sejernihnya. Halo, Bahasa, di zaman macam ini, apakah 

manusia masih butuh suatu yang disebut identitas? 

 

(2023—2025) 

 

 

Akun 

1. 

Akses pada seperangkat kenangan telah diblokir! 

 

Halo, Bahasa, saya lupa siapa diri saya; merasa kehilangan 

jati diri dan asal-usul purbawi. Apakah saya bisa meminjam 

masa silam dari seorang—yang tak membutuhkannya lagi? 

 

Apakah Anda sudah melakukan registrasi? 

 

Saya tak menemukan data diri, untuk mengisi bionarasi; 

dan layanan bahasa hanya berkata hubungi saja Ia. “Aduh, 

sulit benar menghubungi-Mu yang amatlah dekat, Gusti.” 

 

2. 

Aduh, saya lupa password untuk mengakses diri sendiri; 

dan tak bisa memverifikasi—meski telah meng-klik semua 

gambar rambu lalu lintas di layar. Ah, anehnya saya, 

mesti bertanya pada robot, apakah saya ini 

manusia atau bukan. Ting! 

Salah satu alamat surel ternyata masih bisa diakses; 

dan saya dapati sebuah surel berisi: Akun Anda sudah 

diretas puisi-puisi Angkatan 45, fiksi-fiksi eksperimental 

Angkatan 60, serta drama-drama absurd yang berdiri 

di tepi isu kematian teater. 

 

(2020—2025) 

 

 

Percakapan Semacam Saya dengan AI Buatan Manca 

Halo, AI, kapankah manusia berhenti berpuisi? 

Saat manusia tak lagi menjadi manusia. 

 

Kapan manusia tak lagi menjadi manusia? 

Saat manusia mati, saat pikiran-perasaan diganti 

program-algoritma dalam aplikasi-aplikasi; 

saat manusia dikuasai keinginan memiliki serta 

keinginan menguasai benda-benda yang mati. 

 

Lalu, AI, katakan kepada saya, apa di Surga, 

nanti, masih ada puisi dan juga seni-seni? 

404 Not Found. 

 

Apakah kamu bisa menggantikan saya untuk 

mencintai Gusti yang Mahasunyi? 

Kesibukan lain apa yang mau Anda laku? 

 

(2018—2025) 

 

 

2077 

1. Jathilan 

Seekor kuda tak lagi dicipta dari anyaman bambu, tapi 

dari besi dan plastik yang pilu; musik dimainkan dari kubus 

dengan vocaloid yang menembang lagu-lagu mistik— 

dalam gubahan DJ Remix. Para penari kerasukan 

kecerdasan buatan dari manca. Saweran masuk ke dalam 

barcode! Sang dukun meretas lagi kewarasan penari. Di tepi 

pagar besi, sepasang mata melihat sajen dalam komposisi 

bunga plastik beraroma parfum sintetis dan 

pil-pil instan beraneka rasa buah. 

 

2. Jailangkung 

Sempoa telah menjadi komputer, dan komputer telah 

mengganti jailangkung. Pada sebuah kecerdasan buatan, 

kau bertanya: Apa komputer bisa menghitung derita, 

apa komputer bisa mengakumulasi duka serta 

kehilangan yang diterima oleh seorang manusia? 

 

(2023—2025) 

 

 

Studi Tari dalam 4 Catatan Liris Ganjil 

1. 

Dunia semakin sempit; dan dengan bantuan kamera, komputer, 

dan aplikasi editing, serta internet, seorang penari mengubah 

format tubuhnya menjadi data bersatuan bite—dan 

mengunggahnya jadi fail (.mkv). 

 

2. 

Di internet, tubuh yang selama ini diimpi dapat dijumpai, 

dapat dimiliki. Akan tetapi, si penari jadi bingung: Apa nanti 

aku tak perlu berlatih lagi? Setelahnya, si penari jadi rajin 

bertanya: Apa robot maupun kepintaran-buatan bisa menari, 

apa di Surga manusia masih punya tubuh untuk menari? 

 

3. 

Di sini, di dalam internet ini, ujar sang penari, 

aku sudah tak terbelenggu lagi, sudah tak ada kuasa yang 

menghalangi lagi, sudah tak ada horor yang menghantui; 

tetapi, apa ini masih bisa disebut sebagai tari? 

 

4. 

Tubuh adalah rumah, ujar sang penari, dan sudahkah 

kutinggalkan rumah sendiri? Saat mencoba mengevakuasi 

ingatan, baru disadari, tak ditemuinya data estetika: Apa 

duka bisa ditransfer atau ditukar diskon di aplikasi jual-beli? 

 

(2023—2025) 

 

 

Adegan di Depan Perpustakaan Digital pada Sebuah Malam 

Kupinjam salah satu judul novel Philip K. Dick, dan bertanya kepadamu: Apa android sungguh bisa memimpikan domba elektrik? Dan kau mengecup lembut kering bibirku, lantas berkata: Ketika jadi data, menjelma sepasang avatar, apa kita masih bisa begini dan tetap berbahagia; ketika tubuh kita berganti tubuh android-humanoid penuh fitur, apa kita bisa bebas dari pedih, sedih dan duka-nestapa? Ah, Sayangku, apakah bisa kubeli tubuhmu dengan tubuhku? Setelah hangat peluk, kau berkata lagi: Bukankah itu sama dengan barter? Agaknya begitu, Sayangku, tapi aku takut mentransfer segala luka dan juga nyeri—dan semoga surga tak dibuat dari ganjil algoritma. 

(2017—2025) 

 

 

Memesan Ketragikan dari Internet 

25 September 2023, 20:01 WIB 

Pembayaran sudah diverifikasi. 

Pembayaran telah diterima, 

dan pesanan Anda sudah diteruskan ke penjual. 

 

25 September 2023, 20:58 WIB 

Pemesanan sedang diproses oleh penjual. 

 

26 September 2023, 22:15 WIB 

Pesanan telah dikirim. 

Pesanan Anda dalam proses pengiriman oleh kurir. 

 

26 September 2023, 22:15 WIB 

Menunggu status pengiriman dari kurir. 

Pesanan Anda dalam proses pengiriman oleh kurir. 

 

26 September 2023, 22:20 WIB 

Pesanan telah dikirim. 

Pesanan Anda dalam proses pengiriman oleh kurir. 

 

29 September 2023, 19:10 WIB 

Pesanan telah tiba di tujuan. 

Received by polan. 

 

1 Oktober 2023, 19:11 WIB 

Transaksi dikonfirmasi. 

Transaksi telah dikonfirmasi pembeli 

dan menunggu review. 

 

1 Oktober 2023, 19:11 WIB 

Transaksi selesai. 

Dana akan diteruskan ke penjual. 

Naskah Drama Oidipus sudah diterima— 

setelah kemarin pesanan Bayam Brazil 

dan buku prosa Jepang terjemahan datang. 

 

(2023—2025) 

 

 

Dari Aplikasi ke Aplikasi 

1. 

Jarak telah dilipat, dan dunia semakin kecil dilihat; 

tetapi kenapa kau makin asing dari diri sendiri, tak juga 

menemukan kekasih baik hati? Internet begitu betah 

menawarkanmu perempuan-perempuan cantik— 

yang bisa dimiliki dengan sekali klik. Akan tetapi, 

internet sama sekali tak memberimu kekasih yang mau 

berbagi duka dan pedih, berbagi deras airmata dan perih. 

 

2. 

Di berbagai aplikasi dan mesin pencari, kau mengetik, 

di manakah Gusti yang gemar menanti, di manakah bisa 

memesan kebahagiaan atau suatu yang bisa menambal 

lubang dalam dada. Apa kebahagiaan dapat dibeli, 

dan berapa harganya, ketikmu di gawai. Akan tetapi, 

aplikasi dan mesin pencari tidak juga memberi jawab. 

Kau matikan gawai, bertanya pada bulan yang tampak 

di sela genteng: Apa aplikasi dan juga mesin pencari 

tak bisa juga menemu mainan-mainanku yang hilang 

pada tahun 2006 kala gempa besar meruntuhkan bahasa? 

 

3. 

Semacam saya hanya hidup di bahasa Indonesia; 

dan bahasa Jawa amat baik memeluk semacam saya 

dan menggandeng tangan, guna bertemu kembali 

dengan bahasa Indonesia—saat semacam saya tersesat. 

Apa google translete dapat menerjemahkan perasaan, 

menerjemahkan duka-derita sebab kehilangan? 

 

4. 

Saya mau memesan sebuah kedatangan, Kak. 

Maaf. Di sini hanya sedia variasi perpisahan. 

Baik. Bisakah saya pesan perpisahan dari duka? 

Pil tidur kami habis, Kak. Maaf. 

 

5. 

Seorang penyair berjalan di abad yang berlari 

seorang diri. Di tepi, kala napasnya sesak, ia pun 

berbaring di sebuah bangunan yang tercipta 

dari arsitektur hujan, hujan yang sebelumnya 

adalah gerimis logam. Ia pun berkata pada 

seekor kelinci berwarna jingga: Biografiku telah 

dirangkum ke dalam sebuah reel, yang tidak 

sampai semenit, yang ketika di-klik membuatku 

merasa di ambang senang dan sedih— 

 

6. 

Kamera. Layar Monitor. Microfon. Spiker. 

Apa di seberang sana sungguh-sungguh 

dirimu, Kakasihku? Dan apa ketika 

semua ini kurekam maka telah 

kugandakan duka? Lantas, saat kusimpan 

di awan, apa akan jatuh dan membasah 

rumah-Nya ketika hujan membasah kota? 

 

7. 

Saat tak lagi punya sepasang tangan, 

dengan apa kita berpeluk-bergandengan; 

saat tak lagi punya sepasang bibir, 

dengan apa kita berciuman, dan 

hapus segala syair yang sulit dikatakan; 

dan saat kau berada di sebuah negeri 

yang tak mengenal pagi, kapankah mesti 

ku berkata selamat pagi melalui pesan suara 

di sebuah aplikasi? 

 

8. 

Aplikasi pemutar musik dan juga video gartisan 

membuatkanmu album dari langgam-langgam 

yang kau putar setahun ke belakang. Di sana, 

kau dapati salah satu sajak-Ku, kan? 

 

9. 

Admin pinjaman online itu bertanya padamu 

apa yang hendak kau pinjam; dan kau katakan 

bahwa kau hendak meminjam kenangan— 

yang berisi kebahagiaan. Admin itu pun lekas 

mengajukan tanya padamu: Apa jaminan 

yang Anda berikan? Airmata, balasmu segera. 

 

(2020—2025) 

 

 

Polanco S. Achri lahir dan tinggal di Yogyakarta. Ia menulis puisi, naskah drama, dan esai-esai tentang seni dan sastra. Selain menulis, terkadang, ia menyutradarai pertunjukan teater dan film dokumenter, dan menguratori pameran. Ia bisa dihubungi di FB: Polanco Surya Achri dan/atau Instagram: polanco_achri.