
404 Not Found
Tubuhku terus saja mengubah trauma jadi data, terus saja
mengubah nyeri jadi memori—dan kamera mereka jadi
metafora dan metonimi. Gawai ialah akuarium digital
yang bisa dibawa ke mana saja. Dan sekalian tenggelam
amat dalam; tak mati, tapi tak genap dapat disebut hidup.
Sebuah sejarah yang buram datang, mendiaknosisku;
menyaranku agar merenovasi diri. Kekuasaan telah
menyeleksi sejarah, membatasi biografi; memintaku,
percaya telah ketahui segala—dengan sebersihnya
sejernihnya. Halo, Bahasa, di zaman macam ini, apakah
manusia masih butuh suatu yang disebut identitas?
(2023—2025)
Akun
1.
Akses pada seperangkat kenangan telah diblokir!
Halo, Bahasa, saya lupa siapa diri saya; merasa kehilangan
jati diri dan asal-usul purbawi. Apakah saya bisa meminjam
masa silam dari seorang—yang tak membutuhkannya lagi?
Apakah Anda sudah melakukan registrasi?
Saya tak menemukan data diri, untuk mengisi bionarasi;
dan layanan bahasa hanya berkata hubungi saja Ia. “Aduh,
sulit benar menghubungi-Mu yang amatlah dekat, Gusti.”
2.
Aduh, saya lupa password untuk mengakses diri sendiri;
dan tak bisa memverifikasi—meski telah meng-klik semua
gambar rambu lalu lintas di layar. Ah, anehnya saya,
mesti bertanya pada robot, apakah saya ini
manusia atau bukan. Ting!
Salah satu alamat surel ternyata masih bisa diakses;
dan saya dapati sebuah surel berisi: Akun Anda sudah
diretas puisi-puisi Angkatan 45, fiksi-fiksi eksperimental
Angkatan 60, serta drama-drama absurd yang berdiri
di tepi isu kematian teater.
(2020—2025)
Percakapan Semacam Saya dengan AI Buatan Manca
Halo, AI, kapankah manusia berhenti berpuisi?
Saat manusia tak lagi menjadi manusia.
Kapan manusia tak lagi menjadi manusia?
Saat manusia mati, saat pikiran-perasaan diganti
program-algoritma dalam aplikasi-aplikasi;
saat manusia dikuasai keinginan memiliki serta
keinginan menguasai benda-benda yang mati.
Lalu, AI, katakan kepada saya, apa di Surga,
nanti, masih ada puisi dan juga seni-seni?
404 Not Found.
Apakah kamu bisa menggantikan saya untuk
mencintai Gusti yang Mahasunyi?
Kesibukan lain apa yang mau Anda laku?
(2018—2025)
2077
1. Jathilan
Seekor kuda tak lagi dicipta dari anyaman bambu, tapi
dari besi dan plastik yang pilu; musik dimainkan dari kubus
dengan vocaloid yang menembang lagu-lagu mistik—
dalam gubahan DJ Remix. Para penari kerasukan
kecerdasan buatan dari manca. Saweran masuk ke dalam
barcode! Sang dukun meretas lagi kewarasan penari. Di tepi
pagar besi, sepasang mata melihat sajen dalam komposisi
bunga plastik beraroma parfum sintetis dan
pil-pil instan beraneka rasa buah.
2. Jailangkung
Sempoa telah menjadi komputer, dan komputer telah
mengganti jailangkung. Pada sebuah kecerdasan buatan,
kau bertanya: Apa komputer bisa menghitung derita,
apa komputer bisa mengakumulasi duka serta
kehilangan yang diterima oleh seorang manusia?
(2023—2025)
Studi Tari dalam 4 Catatan Liris Ganjil
1.
Dunia semakin sempit; dan dengan bantuan kamera, komputer,
dan aplikasi editing, serta internet, seorang penari mengubah
format tubuhnya menjadi data bersatuan bite—dan
mengunggahnya jadi fail (.mkv).
2.
Di internet, tubuh yang selama ini diimpi dapat dijumpai,
dapat dimiliki. Akan tetapi, si penari jadi bingung: Apa nanti
aku tak perlu berlatih lagi? Setelahnya, si penari jadi rajin
bertanya: Apa robot maupun kepintaran-buatan bisa menari,
apa di Surga manusia masih punya tubuh untuk menari?
3.
Di sini, di dalam internet ini, ujar sang penari,
aku sudah tak terbelenggu lagi, sudah tak ada kuasa yang
menghalangi lagi, sudah tak ada horor yang menghantui;
tetapi, apa ini masih bisa disebut sebagai tari?
4.
Tubuh adalah rumah, ujar sang penari, dan sudahkah
kutinggalkan rumah sendiri? Saat mencoba mengevakuasi
ingatan, baru disadari, tak ditemuinya data estetika: Apa
duka bisa ditransfer atau ditukar diskon di aplikasi jual-beli?
(2023—2025)
Adegan di Depan Perpustakaan Digital pada Sebuah Malam
Kupinjam salah satu judul novel Philip K. Dick, dan bertanya kepadamu: Apa android sungguh bisa memimpikan domba elektrik? Dan kau mengecup lembut kering bibirku, lantas berkata: Ketika jadi data, menjelma sepasang avatar, apa kita masih bisa begini dan tetap berbahagia; ketika tubuh kita berganti tubuh android-humanoid penuh fitur, apa kita bisa bebas dari pedih, sedih dan duka-nestapa? Ah, Sayangku, apakah bisa kubeli tubuhmu dengan tubuhku? Setelah hangat peluk, kau berkata lagi: Bukankah itu sama dengan barter? Agaknya begitu, Sayangku, tapi aku takut mentransfer segala luka dan juga nyeri—dan semoga surga tak dibuat dari ganjil algoritma.
(2017—2025)
Memesan Ketragikan dari Internet
25 September 2023, 20:01 WIB
Pembayaran sudah diverifikasi.
Pembayaran telah diterima,
dan pesanan Anda sudah diteruskan ke penjual.
25 September 2023, 20:58 WIB
Pemesanan sedang diproses oleh penjual.
26 September 2023, 22:15 WIB
Pesanan telah dikirim.
Pesanan Anda dalam proses pengiriman oleh kurir.
26 September 2023, 22:15 WIB
Menunggu status pengiriman dari kurir.
Pesanan Anda dalam proses pengiriman oleh kurir.
26 September 2023, 22:20 WIB
Pesanan telah dikirim.
Pesanan Anda dalam proses pengiriman oleh kurir.
29 September 2023, 19:10 WIB
Pesanan telah tiba di tujuan.
Received by polan.
1 Oktober 2023, 19:11 WIB
Transaksi dikonfirmasi.
Transaksi telah dikonfirmasi pembeli
dan menunggu review.
1 Oktober 2023, 19:11 WIB
Transaksi selesai.
Dana akan diteruskan ke penjual.
Naskah Drama Oidipus sudah diterima—
setelah kemarin pesanan Bayam Brazil
dan buku prosa Jepang terjemahan datang.
(2023—2025)
Dari Aplikasi ke Aplikasi
1.
Jarak telah dilipat, dan dunia semakin kecil dilihat;
tetapi kenapa kau makin asing dari diri sendiri, tak juga
menemukan kekasih baik hati? Internet begitu betah
menawarkanmu perempuan-perempuan cantik—
yang bisa dimiliki dengan sekali klik. Akan tetapi,
internet sama sekali tak memberimu kekasih yang mau
berbagi duka dan pedih, berbagi deras airmata dan perih.
2.
Di berbagai aplikasi dan mesin pencari, kau mengetik,
di manakah Gusti yang gemar menanti, di manakah bisa
memesan kebahagiaan atau suatu yang bisa menambal
lubang dalam dada. Apa kebahagiaan dapat dibeli,
dan berapa harganya, ketikmu di gawai. Akan tetapi,
aplikasi dan mesin pencari tidak juga memberi jawab.
Kau matikan gawai, bertanya pada bulan yang tampak
di sela genteng: Apa aplikasi dan juga mesin pencari
tak bisa juga menemu mainan-mainanku yang hilang
pada tahun 2006 kala gempa besar meruntuhkan bahasa?
3.
Semacam saya hanya hidup di bahasa Indonesia;
dan bahasa Jawa amat baik memeluk semacam saya
dan menggandeng tangan, guna bertemu kembali
dengan bahasa Indonesia—saat semacam saya tersesat.
Apa google translete dapat menerjemahkan perasaan,
menerjemahkan duka-derita sebab kehilangan?
4.
Saya mau memesan sebuah kedatangan, Kak.
Maaf. Di sini hanya sedia variasi perpisahan.
Baik. Bisakah saya pesan perpisahan dari duka?
Pil tidur kami habis, Kak. Maaf.
5.
Seorang penyair berjalan di abad yang berlari
seorang diri. Di tepi, kala napasnya sesak, ia pun
berbaring di sebuah bangunan yang tercipta
dari arsitektur hujan, hujan yang sebelumnya
adalah gerimis logam. Ia pun berkata pada
seekor kelinci berwarna jingga: Biografiku telah
dirangkum ke dalam sebuah reel, yang tidak
sampai semenit, yang ketika di-klik membuatku
merasa di ambang senang dan sedih—
6.
Kamera. Layar Monitor. Microfon. Spiker.
Apa di seberang sana sungguh-sungguh
dirimu, Kakasihku? Dan apa ketika
semua ini kurekam maka telah
kugandakan duka? Lantas, saat kusimpan
di awan, apa akan jatuh dan membasah
rumah-Nya ketika hujan membasah kota?
7.
Saat tak lagi punya sepasang tangan,
dengan apa kita berpeluk-bergandengan;
saat tak lagi punya sepasang bibir,
dengan apa kita berciuman, dan
hapus segala syair yang sulit dikatakan;
dan saat kau berada di sebuah negeri
yang tak mengenal pagi, kapankah mesti
ku berkata selamat pagi melalui pesan suara
di sebuah aplikasi?
8.
Aplikasi pemutar musik dan juga video gartisan
membuatkanmu album dari langgam-langgam
yang kau putar setahun ke belakang. Di sana,
kau dapati salah satu sajak-Ku, kan?
9.
Admin pinjaman online itu bertanya padamu
apa yang hendak kau pinjam; dan kau katakan
bahwa kau hendak meminjam kenangan—
yang berisi kebahagiaan. Admin itu pun lekas
mengajukan tanya padamu: Apa jaminan
yang Anda berikan? Airmata, balasmu segera.
(2020—2025)
Polanco S. Achri lahir dan tinggal di Yogyakarta. Ia menulis puisi, naskah drama, dan esai-esai tentang seni dan sastra. Selain menulis, terkadang, ia menyutradarai pertunjukan teater dan film dokumenter, dan menguratori pameran. Ia bisa dihubungi di FB: Polanco Surya Achri dan/atau Instagram: polanco_achri.




