Persiapan, Kerahasiaan, dan Keberanian Menghadapi HPI 2022

30/11/2021

 

 

Yayasan Hari Puisi Indonesia kembali menggelar Malam Anugerah Hari Puisi Indonesia. Pada tahun 2021 ini, gelaran tahunan tersebut dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 28 November 2021.

Langgam Pustaka, penerbit dari Tasikmalaya Jawa Barat, turut andil dengan mengirimkan lima judul buku puisi untuk diikutsertakan dalam kategori “Anugerah Buku Puisi Indonesia.” Antologi Puisi Ibu, Kota, Kenangan karya Dedi S. Tarhedi meraih predikat lima buku puisi pilihan. Sementara itu, Galunggung Ahung yang ditulis Yana S. Atmawiharja dan Pelukan Rusuk Pujangga karya Rendy Jean Satria menjadi nominasi 21 buku puisi pilihan. Capaian tersebut tentu semakin menambah prestasi bagi penerbit Langgam Pustaka yang pada tahun-tahun sebelumnya pun berhasil meraih penghargaan serupa.

Seperti halnya kru-kru di Langgam Pustaka, Dedi Tarhedi, penulis buku “Ibu, Kota, Kenangan”—peraih kategori lima buku puisi—pun turut merasa sangat senang dengan apa yang telah diraihnya.

“Senang, karena sudah sejak 2017 ikut HPI dan berkali-kali nominasi melulu, baru tahun ini bisa masuk juara. Kalau ‘gak’ salah ingat, buku puisi "Ning" dan "Dili Tak Kembali" masuk nominasi HPI. Selebihnya tidak jadi juara.” Ungkap Om Dedi—sapaan akrab Dedi Tarhedi—ketika dimintai tanggapan terkait penghargaan Anugerah Hari Puisi Indonesia 2021.  

Sementara, menurut penulis buku “Pelukan Rusuk Pujangga” Rendy Jean Satria dengan terpilihnya “Pelukan Rusuk Pujangga” masuk nominasi buku puisi pilihan justru menjadi tantangan dan tanggung jawab untuk terus menulis puisi yang berkualitas.

"Masuk nominasi Anugerah Buku Puisi Hari Puisi Indonesia 2021, menjadi satu tantangan dan tanggung jawab  bagi saya untuk menulis kembali puisi-puisi yang baik dan berkualitas." Rendy Jean Satria. (30/11/2021)

Berbeda dengan kedua penulis lainnya, Yana S. Atmawiharja, merasa malu dengan masuknya buku “Galunggung Ahung” ke dalam nominasi buku pilihan.

“Terus terang saja. Masuknya antologi “Galunggung Ahung” menjadi salah satu nominasi dalam ajang HPI ini membawa saya pada pusaran rasa malu.” Yana S. Atmawiharja.

Menurutnya, walaupun Yana sudah melakukan berbagai pencarian terkait Galunggung, namun baginya, buku hasil karyanya itu hanya sebagian kecil dari keagungan kisah Galunggung.

“Saya malu, malu kepada banyak hal, terutama pada puisi dalam antologi ini. Antologi Galunggung Ahung hanya kelumit kecil dari keagungan kisah Galunggung.” Ungkap Yana.

Merespons tanggapan Rendy Jean Satria, Langgam Pustaka pun bertekad untuk terus berupaya menerbitkan buku-buku dengan konten dan kualitasnya yang semakin baik lagi. Dan tentunya siap bertarung kembali dalam ajang Anugerah Hari Puisi Indonesia (HPI) berikutnya.

Ada perbedaan sudut pandang dari ketiga penulis, ketika media online Langgam Pustaka, langgampustaka.com mencoba mengorek strategi dan persiapan penulis-penulis tersebut dalam menghadapi HPI selanjutnya.

“Om sedang nyiapin manuskrip puisi buat HPI tahun 2022, baru ada sekitar 23 puisi. Tentu belum final. Masih kudu digodog. Bongkar pasang kata. Merubah diksi dll.” Dedi Tarhedi. (29/11/2021)

Berbeda dengan Om Dedi, Rendy justru lebih memilih merahasiakan persiapannya untuk HPI 2022. “Rahasia.” Jawab Rendy dengan singkat sesaat tim langgampustaka.com menanyakan strategi untuk HPI 2022.

Sementara itu, di luar rasa malunya, Yana merasa senang karena banyak orang yang turut senang dengan penghargaan tersebut. Dan hal tersebut menjadi suatu lecutan untuk mempersiapkan amunisi di HPI 2022.

“Satu hal yang membuat saya senang dengan masuknya antologi ‘Galunggung Ahung’ menjadi salah satu nominasi dalam ajang HPI ini:  banyak orang lain yang juga turut senang. Tahun depan, saya masih ingin ikut HPI. Doakan saja, saya lebih berani.” Tutup Yana.

Capaian-capaian dan harapan dari ketiga penulis tentu saja akan menjadi sebuah kekuatan khususnya bagi Langgam Pustaka untuk terus trengginas dalam bidang penerbitan buku. Dan pada umumnya untuk kemajuan sastra di masyarakat.

***

 

Azis Fahrul Roji, langgampustakadotcom.