Human Exploiter dan Dalih Kemajuan Masa Depan

30/01/2023

 

Minggu, 15 Januari 2023 lalu Leulow Project telah berhasil menggelar pertunjukkan teater bertajuk "Leulow" di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya. Istilah "Leulow" sendiri merupakan akronim dari frasa leuweung lowong yang berarti hutan lowong. Senada dengan judul yang diusung, Leulow yang ditulis dan disutradarai oleh Aris Sakti (Kisem), mengangkat isu eksploitasi sumber daya alam yang terjadi di kawasan Gunung Galunggung, Tasikmalaya.

Publik barangkali sudah tidak asing lagi dengan istilah pasir Galunggung yang kualitasnya terkenal baik untuk pasir campuran beton dalam pembangunan infrastruktur. Terbukti, dilansir dari situs "Detik Jabar" bahwa pasir Galunggung telah banyak berperan dalam pembangunan infrastruktur kota-kota besar di Indonesia, salah satunya DKI Jakarta. Limpahan pasir Galunggung terjadi pasca erupsi Gunung Galunggung pada tahun 1982. Pada masa pemerintahan orde baru, pasokan pasir pembangunan infrastruktur ibukota disokong penuh dari Tasikmalaya sehingga di masa tersebut dibangun jalur kereta pengangkut pasir. Tahun ke tahun, sejalan dengan kebutuhan pembangunan yang semakin meningkat, kebutuhan pasir Galunggung pun terus mengalami peningkatan. Pengerukan dan tambang pasir tumbuh menjamur di sekitaran Gunung Galunggung. Tak hanya tambang pasir, pengerukan pun terjadi pada tanah dan material kebutuhan pembangunan lainnya. Hal tersebut tentu saja berdampak pada rusaknya ekosistem hutan dan lingkungan sehingga sering terjadi tanah longsor di musim penghujan.

Melihat tanah kelahirannya terus dieksploitasi, Ari Sakti mencoba menuangkan kereshannya dalam bentuk naskah drama. Spirit utama yang diangkat dalam cerita “Leulow” tidak lain yaitu dari isi Amanat Galunggung. Ari mengangkat spirit yang tertuang di dalam teks sejarah tersebut bahwa masyarakat Galunggung wajib mempertahankan dan tidak boleh membiarkan tanah kelahirannya “diacak-acak” oleh suku bangsa lain yang dapat merusak nilai luhur dari masyarakat tersebut. Inti sari spirit tersebut kemudian dikontekstualkan dengan kondisi alam dan masyarakat pada masa sekarang ketika bukit-bukit di kawasan Tasikmalaya banyak yang sudah diratakan. Bahkan beberapa tahun ke belakang, konflik tercipta antara pengusaha tambang pasir Galunggung dengan masyarakat sekitar yang menolak pembukaan tambang pasir di daerah mereka.

Selian peristiwa pengerukan tanah dan pasir Galunggung, ekspolitasi alam berdalih kemajuan pembangunan pun terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Beberapa waktu lalu, saya menemukan informasi bahwa proyek mobil listrik yang digadang mampu menekan penggunaan bahan bakar fosil, nyatanya tetap berdampak buruk bagi sektor sumber daya alam yang lainnya. Kebutuhan nikel dan lithium dalam pembuatan baterai listrik memicu pembukaan pertambangan bahan baku tersebut. Sehingga kembali, hutan menjadi korban dari “proyek kemajuan masa depan.”

Keberlangsungan kehidupan sejatinya tergantung dari apa yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Melalui “Leulow” Ari Sakti dan Leulow Project mengajak para apresiator dan masyarakat umum agar sadar dalam menjaga lingkungan demi keberlangsungan usia kehidupan di muka bumi. Melalui “Leulow” harapan hadir agar leuweung tak lagi lowong.

 

Azis Fahrul Roji, lahir 1999 lalu. Pemeran Kelek dalam pementasan Leulow. Sekarang aktif di Langgam Pustaka dan pakai parfum “refill” sebagai salah satu upaya “go green.”