Belenggu Hubungan Muskil

28/02/2022

            Seiring berkembang pesatnya media sosial dan betapa manusia ingin terus terhubung satu sama lain melalui media sosial, sastra mencoba mengambil peranan dalam penggambaran melalui medium bahasa mengenai hubungan-hubungan tersebut. Beberapa dekade terakhir dalam kesusastraan Indonesia, ruang lingkup teknologi menjadi topik  yang sering muncul seperti  dalam novel Supernova karya Dee Lestari.

            Sunyi Adalah Minuman Keras karya Sapardi Djoko Damono pun tidak terlepas membahas topik yang bersinggungan dengan ruang lingkup teknologi. Novel ini berkisah mengenai  seorang penulis bernama Rara yang begitu terbelenggu dengan keadaan dan lingkup sosial yang dialaminya saat ini.

            “Ia berusaha melepaskan diri dari ingatan itu tetapi sayangnya selalu diingatnya larik lagu Anggun yang pernah melanglang ke mana-mana, We only have what we remember”. Kutipan awal tersebut seolah menggambarkan betapa melankolis kondisi Rara tetapi disampaikan begitu tersirat oleh pengarang.

            Dari kutipan awal tersebut berlanjut pada kisah Rara bertemu dengan seorang lelaki yang pernah mencintainya dan sekarang telah beristri. Kisah pertemuan itu mengundang ambivalensi pada Rara terhadap hubungannya dengan suami istri yang kini telah menjadi rekannya itu. Cerita bergelantung ke arah kehidupan sosial Rara yang memiliki kehidupan sosial di dalam media sosial, hal itu pula yang dulu membuat keretakan hubungannya dengan seorang lelaki yang tengah beristri itu.

            Dalam novel begitu banyak diuraikan mengenai “kegalauan” Rara yang terpaksa harus terbelenggu dalam dua dunia. Kutipan “…Jauh dari segala media sosial yang dulu sempat dirasakannya semakin sumpek, seperti pasar, yang pernah membuatnya ragu-ragu apakah ditinggalkannya saja keramaian itu atau dipertahankannya mati-matian…”. Dari kutipan tersebut tokoh Rara mengalami belenggu terhadap dunia di media sosial karena beberapa kabar miring yang menghantuinya.

            Sebagai seorang penulis, Rara sadar bahwa media sosial dirasa perlu dan tidak perlu. Perlu untuk mensosialisasikan seluruh bukunya dan menarik sejumlah minat pembaca. Selain itu media sosial seolah minuman keras yang mengobati segala kesunyiannya atas kondisi di dunia nyata. Tidak perlu karena dalam media sosial pun ia kerap menerima komentar, cibiran dan kabar-kabar miring yang justru mengganggunya secara psikis.

            Tak pelak kehidupan nyatanya juga begitu ruwet karena sudah perawan tua dan selalu dihinggapi kemauan ibunya untuk menimang cucu darinya. Hingga kondisi tersebut membuat Rara memutuskan untuk pisah rumah dengan ibunya. Kesunyian dalam diri Rara membuat ia terus-terusan menyibukkan diri dalam laptop dan media sosial hingga ia benar-benar menjalani kehidupan hanya di depan layar kaca. Kehidupan itu pulalah yang mempertemukannya dengan lelaki tua.

            Dari hubungannya dengan lelaki tua – yang tidak pernah mengungkapkan identitas satu sama lain -- melalui  media sosial, Rara merasakan bahwa kesunyian dan belenggu dalam dirinya berangsur membaik. Hingga membuat Rara begitu semakin terobsesi dengan kehidupannya di media sosial terutama pada lelaki tua itu.  Lelaki tua itu seolah menjadi minuman keras yang menemani kesunyian Rara. Keterasingan, kesunyian dan belenggu akan budaya secara eksplisit menjadi tajuk yang utama dalam novel karena Rara merupakan sosok gambaran modern dengan lingkungan yang masih pramodern.

Sapardi dalam beberapa novelnya termasuk novel Sunyi Adalah Minuman Keras menyuguhkan gaya penulisan monolog batin atau juga disebut dengan interior monologue. Interior monologue merupakan gaya penulisan yang mengusung konsep arus kesadaran di mana para tokoh mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya seolah-olah sedang bicara dengan diri sendiri. Gaya kepenulisan ini populer sekitar akhir abad ke-19 yang dibawakan oleh beberapa kalangan penulis modern Amerika seperti James Joyce, Henry James dan Virginia Woolf. Di Indonesia sendiri gaya penulisan tersebut identik dengan beberapa karya milik Putu Wijaya yang kerap menyuguhkan “teror psikologis” pada pembaca.

Melalui gaya penulisan tersebut sepertinya permainan Sapardi menggambarkan tokoh dalam cerita merupakan pengarang ceritanya sendiri dengan menimbulkan kesan “dekat” dengan pembaca.

“Diyakinkannya dirinya sendiri, Aku Rara, aku Rara! Rara yang mana, hayo.”

Dari kutipan tersebut menggambarkan tokoh dalam teks membuat ceritanya sendiri dengan saling melemparkan dialog. Gaya penulisan monolog batin seolah melipat jarak antara pembaca dengan tokoh dalam teks dan membuat seluruh bangunan tokoh, pengarang dan pembaca kabur ketika menyelami teks tersebut.

Permainan-permainan gaya penulisan tersebut dalam novel Sunyi Adalah Minuman Keras seperti dua sisi pedang, dimana sebagian pembaca akan kesulitan menangkap struktur imajinatif teks yang abu-abu. Novel tersebut membuat pembaca menerka-nerka gambaran imajinatif dari struktur-struktur teks yang tidak koheren apabila dilihat dari latar yang seolah memang dibuat kabur dan sangat jarang menampilkan ilustrasi yang kongkret.

Gangguan lain yang akan ditemui pembaca adalah menentukan runtutan peristiwa yang dibuat melompat-lompat antara pengalaman batin dengan peristiwa realitas yang dialami tokoh. Mungkin ini memang merupakan teknik interior monologue yang menampilkan peristiwa batin dan realitas tokoh yang dibuat bertabrakan, akan tetapi bagi pembaca yang baru menyelami teks tentu saja ini dapat menimbulkan gangguan memahami alur dan peristiwa yang terjadi. 

Selain itu dalam bagian novel tersebut terdapat beberapa kumpulan cerpen yang diceritakan milik lelaki tua yang dikirimkan Rara. Dua belas cerpen milik lelaki tua terasa nanggung dan kurang mengena karena tidak adanya korelasi yang jelas setelah Rara membaca kedua belas cerpen tersebut. Terlepas dari itu semua, mengingat riwayat kepengarangan Sapardi Djoko Damono – cenderung jarang menulis novel – yang sering membuat pembacanya bebas mengeksplorasi teks dan merupakan karya terakhir dari beliau, novel Sunyi Adalah Minuman Keras memberikan tawaran yang segar kepada pembaca.

 

Judul Buku      : Sunyi Adalah Minuman Keras - Novel

Penulis             : Sapardi Djoko Damono

Cetakan           : I, Juni 2021

Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama

Halaman          : 69 Halaman

ISBN               : 978-602-06-5499-7

 

            Fajar Satriyo merupakan mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga. Aktif menulis semenjak sekolah menengah dan sudah tergabung dalam dunia teater. Saat ini sedang menyelesaikan proyek buku pribadi pertamanya. Dia juga menerbitkan beberapa antologi puisi bersama, salah satunya berjudul Pandemi, Pergi ke Alaska dan Wabah dan Korona. Beberapa opini dan cerpennya terbit di Lembaga Pers Mahasiswa, LPM SITUS dan LPM Mercusuar. No. Telepon : 0895367216025 Instagram: @fajar.satriyo