Puisi-Puisi Jean Cocteau

05/07/2023

Puisi-Puisi Jean Cocteau

Oleh Sajak Kofe

Kebangkitan 

Kulihat mulut singa menganga 
dan senyum ranum buaya muda, 
air sungai mengaliri dusun-dusun; 
di kepulauan rempah-rempah, 
betapa elok nian bagai putra 
seorang pelaut dan ratu janda. 
Pelaut itu meninggalkan suara sirene, 
sedang ratu meratap ke selatan pulau kecil; 
inilah Diana yang tiba dari barak 
bermimpi begitu singkat saat 
fajar dan lentera hampir padam. 
Tiba-tiba kami semua terbangun 
dengan pakaian compang-camping. 


Di Atas Ombak 

Lelaki berkain rajutan garis-garis 
membuat ombak bertunas–apakah ini badai? 
Semua terombang-ambing.  
Gadis berenang mencurahkan 
isi perasaannya ke wuwungan langit. 
Alunan waltz, menembus gerbong zamrud 
saat mawar membengkak di patalnya; 
komidi putar mebawakan kabar lagi, 
musim bersemi di dasar laut. 


Malaikat Heurtebise 


Malaikat Heurtebise menaiki tangga 
mendekapku dengan sayapnya 
menebar sutra, menyegarkan ingatan. 
Bengis, tidak bergerak, dan sendirian 
memungut batu akik di atas sadel kuda 
begitu supranatural. 

II 
Malaikat Heurtebise, mendekapku 
dengan kebrutalan yang luar biasa. 
Rekan, tolong jangan melompat 
terlalu tinggi. Di sini bunga mekar 
begitu anggun perawakannya. 
Kau membaringkanku. Itu perilaku buruk. 
Aku memegang kartu as, lihat! 
Apa yang kamu miliki? 

III 
Malaikat Heurtebise mendorongku; 
kau, Tuhan Yesus, dan belas kasihan. 
Angkat aku, angkat aku lebih tinggi 
lututmu yang runcing dan murni. 
Lepaslah ikatan jempol dari talimu! 
Aku sedang sekarat. 

IV
Malaikat Heurtebise dan malaikat 
Cegeste terbunuh dalam perang– 
sungguh menakjubkan peristiwa itu.  
Lebih baik menjadi orang-orangan 
daripada memiliki sikap menakutkan. 
Pohon ceri tumbuh di selingkung gereja 
rerantingnya bergerak-gerik ditiup angin. 

V
Malaikat pelindungku, Heurtebise; 
aku menjagamu, aku memukulmu, 
aku menghancurkanmu. Setiap jam 
aku dibentuk sebagai pelindungmu. 
Berjaga-jagalah di musim panas! 
Namun, aku menantangmu jika kau lelaki 
akui saja cantikmu, wahai bidadari putih! 
Pada gambar, kau abadi bersama 
dentuman magnesium. 


Karamel Lembut 

Ambillah seorang gadis muda, 
isi dia dengan es dan gin 
aduk semuanya sampai menyatu padu 
dan kembalikan dia ke keluarganya 
halo, halo, operator jangan putuskan aku. 
Ah! Betapa sedihnya menjadi raja binatang, 
tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun 
oh, cinta ialah kejahatan terburuk! 
Ambillah seorang gadis muda,
isi dia dengan es dan gin 
taruh sedikit angostura di mulutnya 
aku mengenal seorang pria yang tidak bahagia dalam cinta
siapa yang memainkan Nocturnes karya Chopin dengan drum?  
Halo, halo, operator jangan putuskan sambungan ini 
aku sedang berbicara dengan... aku sedang berbicara dengan... halo, halo? 
Tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun. 
Tidakkah kau menemukan beberapa lukisanku...? 
Kami memberi tahu anak-anak untuk mencuci tangan 
namun tidak pernah menyuruh mereka mencuci gigi... 
dengan karamel yang lembut– 


Toreador 

Pepita Ratu Venesia 
saat kau berada di bawah tribun 
para pendayung gondola memanggilmu: 
awas –Toreador! 
Tidak ada yang menguasai hatimu 
di istana agung, tempat kau berbaring 
dan di dekatmu pembantu tua menunggu 
untuk menyaksikan pertunjukan Toreador. 
Toreador, si paling berani dari semuanya  
sesuatu bisa terjadi di Piazza San Marco.
Banteng liar dan jorok 
jatuh terhunus oleh pedangmu sendiri 
bukan kebanggaan menghampiri 
isi hatimu di bawah jubah emas 
bagi seorang dewi muda 
saat gairah membara, Toreador. 

(Menahan diri) 
Gadis Spanyol yang cantik 
di gondolamu 
berdansa dan berjingkrak
carmencita 
di bawah mantilamu 
mata berbinar 
mulut bersinar 
dihiasi Pepita–si biji labu kecil. 

Besok adalah Hari Saint Escurio, 
dia akan bertarung sampai mati 
layar-layar memenuhi kanal 
merayakan Toreador yang 
melebihi keindahan Venesia 
gemetar aku mengetahui takdirmu 
tapi mengapa benci tali-tali sepatu mereka, 
apa kau menderita, Toreador? 
Sebab aku tidak melihat kemunculanmu, 
kau sembunyi di balik pohon jeruk, 
sedang Pepita sepi sendiri di jendela 
kau cuma berpikir tentang balas dendam. 
Di bawah kaftan kau menyelip belati 
kecemburuan menggerogoti hatimu 
dan kesendirian bercampur deru ombak 
kau menangis penuh kesedihan. 

Begitu banyak penunggang kuda! 
Kerumunan pun kian membuncah! 
Memenuhi arena hingga batas 
orang-orang terus berdatangan ke liga 
apa untuk menghiburmu? 
Toreador! Dia memasuki arena 
dengan ketenangan melebih tuannya, 
namun hampir tidak bisa berjalan 
oh, Toreador yang malang. 

Mimpi suram enggan menghampiri lagi 
daripada mati di depan mata orang-orang 
lebih baik dia merasakan tusukan tanduknya; 
di atas alis ada sedih dan pilu 
dia melihat Pepita yang duduk di sana, 
menawarkan tatapan dan tetubuh 
pada pelabuhan tua Venesia 
kudengar ratapan Toreador yang malang. 

 

Jean Maurice Eugène Clément Cocteau, (5 Juli 1889 – 11 Oktober 1963) adalah penyair, novelis, penulis dramaperancang, manajer tinjupenulis drama, dan pembuat film prancis. Karya-karya banyak ditampilan di teater-teater di banyak tempat. Pndekatannya yang tak biasa serta karyanya yang banyak membuatnya memperoleh pengakuan internasional.

 

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Cocteau

https://m.mediaindonesia.com/sajak-kofe/570564/puisi-puisi-jean-cocteau