
Ketika Seorang Penyunting
Bekerja di Hari Terakhirnya
Kau nyala 7 persen
di pojok kanan bawah
sebuah laptop yang sudah
lama papan ketiknya malas
mengemas bangkai kata-kata.
Apalah arti kebudayaan
di hadapan gig economy
selain proyek tusuk gigi.
Mungkin kau mencoba
meyakin-yakinkan diri
hidup sekali lagi.
Dan puisi masih berdoa
di atas struk susu formula.
2025
Pengemudi Ojek Daring Mengantar
Pelanggan Terakhir Sebelum Pulang
Sebuah tikungan dan alamat yang tak
selalu presisi membuatmu sakit kepala.
Serupa rimba namun jejal cahaya lampu
kaujelajah blok-blok sunyi hingga ke tepi
—bagaimana manusia dapat hidup di sini.
Dititipkan berat badan serta kenangan
yang selama ini mencuri akhir pekan.
Kota tak pernah memberimu istirah
kau setorkan napas bersama debu
dan cerita-cerita jalan berhantu.
2025
Doa Manusia Silver
Tuhan yang mahalicin dan terang
telah kami balurkan warna perak
di tubuh yang menjauhkan kami
daripada mencari dan mencuri
besi-besi pembatas jalan.
2025
Kota Ini Mati Tanpa Starling
Lepas pukul lima kau tak ingin
menjadi parade absurd menuju
stasiun dan halte terdekat.
Kafe-kafe estetik tumbuh selama
satu dekade terakhir di mana saja
bahkan di petak kecil yang mesti
memaksamu untuk take-away.
Penat menepikan dirimu ke selasar
memesan kopi saset di gelas plastik
sambil menghardik apalah itu estetik.
2025
Melatih Keahlian Lain
Kota ini membuat terampil
berdiri di atas kaki sendiri.
Bukan ekonomi, tapi sebenar
berdiri sebagaimana tugu tani.
Stasiun ke stasiun berdiri
halte ke halte berdiri
menunggu berdiri
sedih berdiri.
Sedangkan
gajimu lari.
2025
Penyair + Pendidik di Kota Ini
Di era modern serba benda-benda & merek
menjadi pendidik cum penyair merupakan
paket combo setingkat di bawah martir.
Pada sebuah distrik, pakan ternak babi lebih
mahal daripada jumlah pertemuan mengajar.
Di kafe penuh lampu estetik, struk dengan
menu kebarat-baratan lebih memiliki harga
ketimbang honor satu kali pemuatan puisi.
Begitulah, menjalani tahun dengan angan
& ingin justru memutilasi tubuh perlahan.
Segala kehendak baru tercapai
—sehari sebelum kiamat tiba.
Ketimbang jadi pendidik cum penyair
dan boleh mengulang kehidupan, saya
memilih menjadi batu di tepi sungai.
2025
Apa Agama Kota Ini
Terjebak dalam lamun: apakah agama
sejak lama telah dilarikan kesedihan
dihapus luka sejarah dengan diam.
Ketika cinta yang harum dan rekah
bertaut dari satu nama ke nama lain.
2025
Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Buku kumpulan puisinya: Kampung Halaman (2016) serta Salik Dakaik; Mencari Anak dalam Kitab Suci (2023). Saat ini, bekerja sebagai Guru Bahasa dan Sastra Indonesia serta Ketua Tim Perpustakaan—Literasi Pesantren Madrasah Darus-Sunnah Jakarta.




