Pengemudi Ojek Daring Mengantar Pelanggan Terakhir Sebelum Pulang dan Puisi-Puisi Lainnya

19/12/2025

 

Ketika Seorang Penyunting
Bekerja di Hari Terakhirnya

Kau nyala 7 persen 
di pojok kanan bawah 
sebuah laptop yang sudah 
lama papan ketiknya malas 
mengemas bangkai kata-kata. 

Apalah arti kebudayaan
di hadapan gig economy
selain proyek tusuk gigi.

Mungkin kau mencoba
meyakin-yakinkan diri
hidup sekali lagi.

Dan puisi masih berdoa
di atas struk susu formula.

2025

 

Pengemudi Ojek Daring Mengantar 
Pelanggan Terakhir Sebelum Pulang

Sebuah tikungan dan alamat yang tak 
selalu presisi membuatmu sakit kepala.

Serupa rimba namun jejal cahaya lampu
kaujelajah blok-blok sunyi hingga ke tepi
—bagaimana manusia dapat hidup di sini.

Dititipkan berat badan serta kenangan
yang selama ini mencuri akhir pekan.

Kota tak pernah memberimu istirah
kau setorkan napas bersama debu
dan cerita-cerita jalan berhantu.

2025

Doa Manusia Silver

Tuhan yang mahalicin dan terang
telah kami balurkan warna perak 
di tubuh yang menjauhkan kami 
daripada mencari dan mencuri 
besi-besi pembatas jalan.

2025

 

Kota Ini Mati Tanpa Starling

Lepas pukul lima kau tak ingin
menjadi parade absurd menuju
stasiun dan halte terdekat.

Kafe-kafe estetik tumbuh selama
satu dekade terakhir di mana saja
bahkan di petak kecil yang mesti
memaksamu untuk take-away.

Penat menepikan dirimu ke selasar
memesan kopi saset di gelas plastik
sambil menghardik apalah itu estetik.

2025

 

Melatih Keahlian Lain

Kota ini membuat terampil
berdiri di atas kaki sendiri.

Bukan ekonomi, tapi sebenar
berdiri sebagaimana tugu tani.

Stasiun ke stasiun berdiri
halte ke halte berdiri
menunggu berdiri
sedih berdiri.

Sedangkan 
gajimu lari. 

2025  


Penyair + Pendidik di Kota Ini

Di era modern serba benda-benda & merek
menjadi pendidik cum penyair merupakan
paket combo setingkat di bawah martir.

Pada sebuah distrik, pakan ternak babi lebih
mahal daripada jumlah pertemuan mengajar. 

Di kafe penuh lampu estetik, struk dengan
menu kebarat-baratan lebih memiliki harga
ketimbang honor satu kali pemuatan puisi. 

Begitulah, menjalani tahun dengan angan
& ingin justru memutilasi tubuh perlahan.

Segala kehendak baru tercapai
—sehari sebelum kiamat tiba.

Ketimbang jadi pendidik cum penyair 
dan boleh mengulang kehidupan, saya
memilih menjadi batu di tepi sungai.

2025

 

Apa Agama Kota Ini

Terjebak dalam lamun: apakah agama 
sejak lama telah dilarikan kesedihan
dihapus luka sejarah dengan diam.

Ketika cinta yang harum dan rekah 
bertaut dari satu nama ke nama lain.

2025 


Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Buku kumpulan puisinya: Kampung Halaman (2016) serta Salik Dakaik; Mencari Anak dalam Kitab Suci (2023). Saat ini, bekerja sebagai Guru Bahasa dan Sastra Indonesia serta Ketua Tim Perpustakaan—Literasi Pesantren Madrasah Darus-Sunnah Jakarta.