Pesan Puisi dan lain-lain

19/05/2023

Pesan Puisi

 

Aku harap, temu yang singkat

Tak akan memberimu luka yang abadi

Meski perpisahan

Bisa saja mangkir

Dan berkhianat pada dinding-dinding waktu

Kita mahir berjabat tangan

Tapi tak mahir menangguli derai air hujan di matamu

Kita pun mahir membaca pesan

Tetapi tak mahir menyeka rindu

Yang suka mondar-mandir di belakang kepala:

meniup ubun-ubun

Kau tahu, ingar-bingar pagi itu

Membekas di bilik-bilik jendela

Tempat kita memandang kenangan

sebagai peringatan

sebuah kehadiran kecil

Sehingga pada hari ini angin redam

Menyambut perayaan

Kaca pecah, lantai basah, lagu-lagu sedih :

dinyanyikan

Tawa redup, cahaya dipenuhi titik-titik hitam

Dan tangis tumpah memenuhi balai

Sampai jumpa

 

SMP N 2 Bandar Lampung, Oktober 2022

 

 

Menggali Kubur Kita Sendiri

 

Aku melihat pagi sebagai

Lembaran kertas putih

Di sisi yang gelap di seberang tanah gersang

Aku membayangkan

Hidup hanya sebatas menggali kubur

Di savana maha luas

Kekeringan memaksa kita bekerja keras

Rumputan menguning dan kau tau

Betapa dalam hidup yang kau tempuh

Demi mengubur diri sendiri

Hingga pada akhirnya

Kau tau cinta hanya selembar kain

Yang mengikatmu

Dan menyembunyikan luka-luka

 

Bandar Lampung, 31 Desember 2022

 

 

Suatu Hari

 

Suatu hari, kita akan pergi

Meninggalkan janji-janji

Sudah sewajarnya

Sebagai manusia

Adakah cara untuk menafsirkan kepulangan

Selain dengan rindu

Bagiku ia adalah kain kusut

Dari rangkuman benang-benang

Yang dirajut tanpa hati-hati

Hingga banyak darah yang menetas

Dari jemari yang lentik menulis kata pisah

Sampai nanti, kita akan tidur di pangkuan ajal

Epigram yang lusuh datang

Dan menagih lembar demi lembar

Catatan yang kita sembunyikan

di belakang canda tawa

di balik punggungmu

yang selalu mengumpat

menangis di bawah meja

Saat hari itu menjemputku

Kau harus bergembira

Karena, ada harga

di saban luka yang mengering

ada makna yang harus dibayar

 

UIN Raden Intan, 7 Maret 2023

 

 

Anomali

 

Barangkali, jika engkau berkenan

Aku ingin menitipkan desember

Untuk kau mandikan

Kau tak perlu susah payah membuka bajunya

Dia telah bertelanjang sejak lahir

Desember begitu kering, Kekasih.

Tahukah engkau, jika rindu-rindu

Yang ditumpuk dari tahun baru

Sejak hari pertama

Yang penuh suara ledakan

Telah menguning

 

Desember, 2022

 

 

Koma

 

Ketika mencarimu, aku membayangkan

hidup akan berhenti sejenak

nafas yang biasa keluar masuk

akan mengendap di dasar

harapan-harapan yang pudar

Adakah? Di sudut kanan

tak kudengar detakmu

meski kau sering menyapaku

di pertengahan jalan

menuju persimpangan

Kita akan datang

Kita pasti datang

Tunggu sebentar,

Ada laut yang harus dikikis ombaknya

Ada sungai yang harus disusuri arusnya

Apakah kau benar-benar ada?

Sementara di ujung kisah ini

kau entah di mana

apakah hidup harus mereda

untuk merenungi nasib

dan kembali untuk menghabisinya

Tidak, kita akan pergi

sebentar lagi

jeda ini seperti nafas : ,

agar kita terbiasa

dengan jeda yang lebih lama : .

 

Bandar Lampung, Maret 2023

 

 

Imam Khoironi lahir di desa Cintamulya 18 Februari 2000. Masih mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Raden Intan Lampung. Tidak terlalu suka seafood dan durian. Penggemar mi ayam dan bakso garis keras ini suka nulis puisi, cerpen kadang-kadang juga esai.

Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (ada di tokopedia). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media digital seperti Simalaba.com, marewai.com, cerano.id, kawaca.com, scientia.id, milenialis.id, duniasantri.co, mbludus.com, suarakrajan.com dan lainnya; dan media cetak seperti Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, Bhirawa, dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya.

Ia bisa distalking di Facebook : Imam Imron Khoironi, Youtube channel: Imron Aksa, Ig : @ronny.imam07 atau di www.duniakataimronaka.blogspot.com.