Merayakan Ulang Tahun
Kue berlapis vla coklat di atas meja
tetapi tak ada lilin yang menyala
atau pun nyanyian semoga panjang umur
Angin berhembus dan ilusi-ilusi
menggugurkan kue coklat
dan melelehkan lilin
Ia meniup udara bagai api
dan menganggap
kekosongan adalah teman
Ia memotong kue tak beraturan
dan berceloteh
di hadapan cermin
Cangkang-Cangkang Kosong
Kaki-kaki kecil berlari melintasi awan
kelabu. Angin musim dingin menusuk
telapak tanpa alas. Ribuan jiwa hilang
dicuri tangan-tangan besar. Kita adalah
cangkang-cangkang kosong yang berharap
segera
mati.
Melangkah dalam Kekosongan
Pelangi adalah cara semesta
membasuh duka dengan cahaya
Kita percaya ada masa
ketika air mata lesap
dan bumi kembali bergelora
Pagi itu jalanan padat
oleh tubrukan-tubrukan warna
Orang-orang berlari melupakan
semua hal di belakang
Kami terus melangkah dan
melangkah, kemudian kami menyadari
telapak tak lagi menapak
Kami jatuh dalam kekosongan
Membebaskan Jiwa
Bangunan-bangunan tua berdinding batu
dengan potongan masa kecil mengintip
mengincar celah untuk bebas
dari belenggu penekan jiwa
Sedikit lubang pada dinding batu
maka jiwa kita akan bebas,
terbang mengudara,
dan pecah menjadi bintang-bintang
Bangunan baru tak berdinding batu
dengan bunga-bunga asoka merekah
meluruh
membasahi tanah tak berdebu
Di Belahan Bola Lain
Di belahan bola lain, hidup berjalan
seperti ombak berlari
diburu klakson pengendara lain
yang ingin cepat sampai tujuan
Bolehkan aku diam sejenak di tengah padatnya lalu lintas?
Mengapa kita harus berlomba padahal tak ada yang sempurna?
Di era gempuran media sosial, hidup berjalan
seiring pertanyaan tetangga yang diawali kata kapan
dan kapan-kapan adalah jawaban yang kau berikan
Sembunyi
Ini kisah tentang kota yang hilang
selepas pukul enam malam
hingga pukul enam pagi
tak ada kehidupan berjalan
Pintu-pintu dikunci, jendela-jendela dipaku, lampu-lampu dimatikan, lilin-lilin dinyalakan, doa-doa dipanjatkan
Petang mengular dan toko serba ada menutup
Roda kereta dihentikan dan masinis
bergegas, berlari, bersembunyi
Pedagang asongan meninggalkan gerobak
dengan kotak uang terbuka di tepi jalan
Seorang ibu menggendong anaknya erat-erat
"Kita harus sembunyi, Anakku."
Erna Muti’rofianas, penikmat fiksi misteri dan fantasi. Saat ini aktif mengikuti kegiatan Bookclub Semarang, juga menulis puisi dan ulasan buku di beberapa media online.