Sada Abe: Membunuh dan Menyimpan Alat Kelamin Kekasihnya Sebagai Kenang-kenangan.

21/06/2023

Masa Muda Sada Abe

Sada Abe, wanita Jepang yang lahir pada tahun 1905. Ibunya mendorong Abe untuk mengambil pelajaran menyanyi dan bermain shamisen , kedua aktivitas tersebut, pada saat itu, lebih erat terkait dengan geisha dan pelacur daripada dengan usaha seni klasik. Geisha dianggap sebagai selebritas yang glamor, dan Abe sendiri mengikuti citra tersebut dengan membolos sekolah untuk pelajaran ini.

Pada usia 15 tahun, Abe diperkosa oleh salah satu kenalannya, dan meskipun orang tuanya membela dan mendukungnya, Abe menjadi remaja yang sulit. Ketika dia menjadi lebih tidak bertanggung jawab dan tidak terkendali, orang tuanya menjualnya ke rumah geisha di Yokohama pada tahun 1922, berharap menemukan tempat di masyarakat dengan arah tertentu. Toku Abe, kakak tertua Sada Abe, bersaksi bahwa Abe ingin menjadi geisha. Abe sendiri, bagaimanapun, mengklaim bahwa ayahnya menjadikan dia geisha sebagai hukuman atas pergaulan bebasnya.

Pertemuan Abe dengan dunia geisha terbukti membuat frustasi dan mengecewakan. Untuk menjadi bintang sejati di antara geisha, diperlukan magang sejak masa kanak-kanak dengan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk belajar seni dan musik. Dia bekerja selama lima tahun dalam kapasitas ini, dan akhirnya tertular sifilis. Karena ini berarti dia harus menjalani pemeriksaan rutin, seperti pelacur berlisensi resmi, Abe memutuskan untuk memasuki profesi dengan gaji lebih baik.

Abe mulai bekerja sebagai pelacur di distrik rumah bordil Tobita yang terkenal di Osaka, tetapi segera mendapatkan reputasi sebagai pembuat onar. Dia mencuri uang dari klien, dan mencoba untuk meninggalkan rumah bordil beberapa kali, tetapi dilacak oleh sistem prostitusi legal yang terorganisir dengan baik. Setelah dua tahun, dia akhirnya berhasil lolos dari sistem prostitusi berlisensi, dan mulai bekerja sebagai pramusaji. Namun, karena tidak puas dengan gajinya, dia segera kembali bekerja sebagai pelacur, meski tidak memiliki izin. Dia mulai bekerja di rumah bordil tanpa izin di Osaka pada tahun 1932.

Awal Bertemu dengan Kichizo Ishida

Abe mulai meninggalkan pekerjaannya sebagai pelacur dan memulai pekerjaannya yang baru sebagai pelayan restoran pada 1 Februari 1936. Pemilik restoran ini ialah Kichizo Ishida, 42 tahun pada saat itu.

Tidak lama setelah dia mulai bekerja di Yoshidaya, Ishida mulai mendekati Abe. Pada pertengahan April, Ishida dan Abe memulai hubungan seksual mereka di restoran, diiringi lagu balada romantis yang dinyanyikan oleh salah satu geisha restoran. Selanjutnya, Abe dan Ishida bertemu kembali pada tanggal 23 April 1936 untuk pertemuan seksual yang telah diatur sebelumnya di kedai teh, atau machiai – padanan kontemporer dari hotel cinta – di lingkungan Shibuya. Merencanakan hanya 'berselingkuh' singkat.

Rencana ‘berselingkuh’ singkat itu pada kenyataanya adalah selama empat hari. Kemudian, pada malam tanggal 27 April 1936, mereka pindah ke machiai lain di lingkungan Futako Tamagawa yang jauh. Di sini mereka terus minum dan berhubungan seks, terkadang dengan iringan nyanyian geisha. Mereka akan melanjutkan bahkan saat pelayan memasuki ruangan untuk menyajikan sake. Mereka selanjutnya memindahkan pertarungan bercinta maraton mereka ke lingkungan Ogu. Ishida tidak kembali ke restoran sampai pagi hari tanggal 8 Mei 1936.

Insiden “Sada Abe”

Ishida dan Abe kembali ke Ogu,  saat bercinta kali ini, Abe menodongkan pisau ke pangkal penis Ishida, dan mengatakan dia akan memastikan tidak akan pernah bermain-main dengan wanita lain. Ishida tertawa mendengarnya. Dua malam setelah pertarungan seks ini, Abe mulai mencekik Ishida, dan dia menyuruhnya untuk melanjutkan, mengatakan bahwa ini meningkatkan gairahnya. Dia menyuruh melakukannya juga padanya.

Pada pertemuan seks di malam 16 Mei 1936, Abe menggunakan selempang obi untuk memotong pernapasan Ishida saat orgasme, dan mereka berdua menikmatinya. Mereka terus mengulanginya selama dua jam. Begitu Abe menghentikan pencekikan, wajah Ishida menjadi terdistorsi, dan tidak kembali ke penampilan normalnya. Ishida meminum 30 tablet obat penenang bernama Calmotin untuk meredakan rasa sakitnya. Menurut Abe, ketika Ishida mulai tertidur, dia mengatakan kepadanya, "Kamu akan meletakkan tali di leherku dan meremasnya lagi saat aku sedang tidur, bukan ... Jika kamu mulai mencekikku, jangan bernenti." 

Di malam pertemuan selanjutnya pada tanggal 18 Mei 1936, saat Ishida sedang tidur, Abe melilitkan ikat pinggangnya dua kali di lehernya dan mencekiknya sampai mati. Setelah berbaring dengan tubuh Ishida yang sudah tidak bernyawa selama beberapa jam, dia selanjutnya memotong alat kelamin Ishida dengan pisau dapur, membungkusnya dengan sampul majalah, dan menyimpannya sampai dia ditangkap tiga hari kemudian. Dengan darah dia menulis Sada, Kichi Futari-kiri (Sada, Kichi bersama) di paha kiri Ishida, dan di sprei. Dia kemudian mengukir ("Sada", karakter namanya) ke lengan kirinya. Setelah mengenakan pakaian dalam Ishida, dia meninggalkan penginapan sekitar pukul 8 pagi, memberi tahu staf untuk tidak mengganggu Ishida. 

Namun, staf hotel pun akhirnya membuka kamar Ishida dan terkejut setengah mati melihatnya tewas. Polisi pun segera menyelidiki kejahatan ini dan membuat seantero Jepang mengalami "Panik Sada Abe". Di tengah kepanikan ini, Abe malah santai berbelanja dan nonton bioskop di Tokyo. Tentu saja, semua itu dilakukan sambil membawa penis Ishida.

Pada 20 Mei, Abe menginap di hotel atas nama palsu di mana ia menulis surat perpisahan untuk teman-temannya. Ia berniat bunuh diri membawa penis kekasihnya di akhir minggu. Namun, seraya ia mengingat Ishida, ia terangsang. Ia membuka pembungkus penis kekasihnya dan menatapnya. Abe pun memasukkan potongan penis itu ke mulutnya, membayangkan sedang bercinta seperti biasa. Ia berusaha memasukkannya ke vagina, namun gagal dan ia terus mencoba.

Sore harinya, polisi mengetuk kamar Abe, curiga atas nama palsu yang Abe gunakan. Abe lalu santai mengaku, "Jangan terlalu kaku. Kalian mencari Sada Abe, bukan? Itu aku. Aku Sada Abe." Polisi awalnya ragu, namun percaya saat Abe menunjukkan penis Ishida sebagai bukti.

Abe ditangkap. Selama proses penyidikan, ia tenang. Saat ia ditanya mengapa ia membawa penis Ishida, Abe berkata dengan mata berbinar, "Aku tidak bisa membawa kepala atau tubuhnya. Aku ingin membawa bagian dirinya yang paling mengingatkanku akan kenangan kami."

"Aku sangat mencintainya, aku ingin dia hanya untukku. Namun karena kami bukan suami istri, selama ia hidup ia akan dirangkul wanita lain. Aku tahu bila aku membunuhnya tidak akan ada lagi wanita lain yang menyentuhnya. Jadi, kubunuh dia."

Obsesi Abe pada penis Ishida menimbulkan spekulasi di rakyat Jepang kalau penis Ishida besar sekali. Namun, polisi menunjukkan kalau ukurannya biasa saja. "Ukuran tidak mendefinisikan pria di ranjang," bela Abe. "Teknik dan hasratnya memuaskankulah yang membuatku suka."

Sesuai dengan sifatnya, Abe dengan berani meminta hukuman mati. Namun, majelis hakim berkata lain... Abe hanya dihukum 6 tahun penjara. Ini pun akhirnya dikurangi dan Abe hanya dipenjara selama 5 tahun. Ia menjalani hidup yang normal, bahkan sampai bisa menulis autobiografi.

Akhirnya, ia kembali bekerja sebagai pelayan. Lalu kemudian, pada 1970, ia menghilang begitu saja dari publik. Sementara itu, penis Ishida ditampilkan di museum Sekolah Kedokteran Universitas Tokyo. Namun, setelah Perang Dunia II, sama seperti Abe, penis itu hilang ...

 

Sumber :

https://t.co/F8GeiV28Hw

https://t.co/usPIi5Y6NB

 

Tim Kreatif Langgam Media