Riwayat Kamar, dll.

29/09/2022

Hibernasi

Sejauh musim dingin melangkahkan kaki

Ditapal batas kedinginan itu

Aku selalu merindukanmu

 

Pada kata tutur dibanyak sunyi

Kita akan memanggang diri

Dalam mimpi yang tak akan

Jadi realita sebaik harapan yang hangat

Dan tak pernah menghangatimu

 

Entah ke mana jaket dari bulu

Yang biasa kau pakai setiap tidur

Di genangan masa lalu yang dingin

Menyelimuti tiap ingatanmu

Yang tak lagi berbaju

 

Lampung, Juli 2019

 

 

Meraung di Ruang Riang

Gemerlap tahun baru membiru di pintu

Kerlip bintang menyala di pelupuk rindu

Anala mekar, suara-suara menggelegar

 

Riuh tumpah di jalan, ruang yang riang

Doa meraung dari hati yang tidur berkepanjangan

Berselimut mimpi, kecewa dan patah hati

Yang tetap teguh pada harapnya

Yang tetap berharap pada teguh hatinya

Yang lekas pulih dari pedih luka

Yang menulis harap baru pada nisan moyangnya

 

Kita sampai pada makna terompet

Di tiupan pergantian tahun

Banyak revolusi, resolusi, bahkan reinkarnasi yang dikuar

Hingga kita lupa tidur

 

Di ruang ini riangku abadi

Di raung yang suci, harapku berganti

Melesat lewat suar dan rapal doa

 

Bandar Lampung, 12 Januari 2022

 

Sabda Hujan

Aku duduk di teras rumah

Sedang engkau sedang berbaring dengan khusyuk

Di dalam

Hujan membelaimu mesra

Dan aku mulai membaca

 

Tiap tetesan yang jatuh

Menyesap di daun-daun gugur

Itu menyebut namamu

Yang cantik dan anggun

Menari di batu nisan

 

Lam-sel, Oktober 2019

 

 

Biarlah Daun Gugur

Biarlah daun-daun gugur

Sebagai luka

Di batas antara musim semi

Dan terik angin laut yang sedang berpulang

 

Biarlah rintik hujan berjajar

Sebagai barisan

Menyapu segala keraguam

Saat puisiku tak lagi terbenam

 

Biarlah bunga asakh menggantikan

Mawar-melati

Sebab di negeri kita, mahkota

Tak disandang jemala

Tapi dijunjung jelaga

 

Bandar Lampung, Juni 2022

 

 

Riwayat Kamar

/I/

Kau bicara tentang hal paling tabu

Sambil melucuti pakaian di hadapanku

Kau melahap waktu pada tubuhku

Sambil menyanyikan lagu paling sendu

Dan berbisik padaku bahwa hal paling tabu adalah mencintaimu

 

/II/

Tak ada lezat yang nyata

Katamu saat membuka tudung saji

Lalu kau menaruh rasa hambar

Supaya aku bisa merasakan kehadiran lidahmu

Dalam sepiring nasi yang belum sempat kau cicipi

 

/III/

Senyummu membawaku ke alam lain

Menyusuri dinding-dinding kosong

Sambil meraba-raba di mana tempat tidurmu

Aku tahu cara duduk namun aku memilih berbaring

Sambil menceritakan perjalananku menemukanmu

 

/IV/

Kau tahu aku pemalu

Saat mataku melempar rasa yang tabu

Bahkan lebih tabu dari hal paling tabu

Pakaianku lucut hanya satu

Dan aku merayapi gemetar paling syahdu

 

Desember 2019

 

 

Imam Khoironi. Lahir di desa Cintamulya 18 Februari 2000. Masih mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Raden Intan Lampung. Punya cita-cita jadi terkenal. Tidak terlalu suka seafood dan kucing. Penggemar mi ayam dan bakso garis keras ini suka nulis puisi, cerpen kadang-kadang juga esai. Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (ada di tokopedia). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai online seperti Simalaba.com (lainnya googling sendiri) dan media cetak seperti Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, Bhirawa, dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya. Ia bisa distalking di Facebook: Imam Imron Khoironi, Youtube channel: Imron Aksa, Ig : @ronny.imam07 atau di www.duniakataimronaka.blogspot.com. WA/Hp : 085609086924. Email notifikasi penerbitan: khoironinewsron@gmail.com.