Pulang dan Puisi-Puisi Lainnya

24/01/2025

 

Ibu
untuk E. Patmawati

Ibu

(1)
pernah kumencari
senyum-Mu, Tuhan
waktu zikir 
sembahyang

(2)
telah kutemukan
senyum itu di
wajah ibu
membayang 

Maret-Oktober 2020

 

Cinta Semusim

di musim hujan pertama
kita jumpa dalam rintik perak
rintik yang perlahan reda
hingga tiada
lalu bisa-bisanya
kau tinggalkan genangan
di hatiku yang kini kuyup
oleh kenangan

30 Agustus 2020

 

Pulang

api menyala di dada ibu
penuh cahaya menyambut puasa

di ruang sempit ibu perpesta pora : bahagia
wajan dan spatula bersahutan mengamini mantra harapan

kepul asap menjadi kurir yang diutus ibu
mengabari bapak yang lelap lelah setelah mencari nafkah

sahur pertama adalah sahur pembuka jalan
yang harus dirayakan meski dengan cara paling sederhana

di dadanya ibu tidak menjanjikan kekayaan 
selain menyajikan kebahagiaan

sebelum perayaan hari kemenangan
yang akan ibu gelar jika nanti anaknya : pulang

Januari 2024

 

Dialog : Jika Kelak Ibu Pergi

A    :    bu izinkan aku bertanya
jika kelak ibu telah pergi
siapa yang hendak melesatkan 
doa-doa penuh api
yang di dalamnya berkilatan cinta
kasih, harapan, dan segala kebaikan
-ibu menatapku hangat 
Kedua bola matanya seperi binar rembulan-

I    :    sungguh ibu tidak perlu menjawab pertanyaan itu
karena kelak ketika ibu telah pergi
Tuhan telah mencukupkan segalanya
lalu ibu bertanya,
adakah doa terbaik yang telah kau siapkan kelak
-jika ibu telah pergi-

Mei 2024

 

Kala Ibu Berwajah Cemas

Kala ibu berwajah cemas
matanya menempel di jarum jam yang berputar
agar tercatat pukul berapa anaknya pulang

seorang ibu berwajah cemas
ia berjalan ke beranda rumah
melihat sekitar disandera sepi

jam dinding begitu sabar
ia terus setia berputar
seperti ibu yang rela menunggu
agar tercatat pukul berapa anaknya pulang

lampu-lampu telah padam
doa-doa terus dilantunkan
agar buah kasihnya pulang dalam keselamatan

wajah cemas berubah tenang
kala suara anaknya terdengar membuka pagar

ibu segera menyajikan hidangan lezat
sepotong nasihat dengan taburan azimat

seorang ibu selalu begitu
dengan tulus dan kesadaran
bahwa anak adalah titipan Tuhan 
yang harus ia jaga selamanya

Januari 2024

 

Karena Ibu

ibu adalah puisi
ia menyihir kata menjadi jembatan
menghubungkan kita dengan Pencipta

ibu adalah puisi
ia menyulap kata menjadi mantra
membuat  yang marah menjadi ramah

ibu adalah puisi
ia mengubah gubuk derita
menjadi hotel megah berbintang lima

ibu adalah puisi
ia mampu melipat jarak
dengan seruannya dan kita datang
dekat di rahimnya

karena ibu adalah puisi
alamat surga ada
di telapak kakinya

Juni 2024

 

Tuhan Sedang Bercanda

Kali ini Tuhan bercanda kembali. Ia seret masa lalu.
Tepat di jantung wajahku. Murungku kumat kembali.
Hingga panas dingin. Setelah dihantui rasa cemas.
Takut dan  khawatir.

Tuhan, aku hanya pasrah. Diam adalah  solusi paling dangkal.
Setelah beberapa waktu kehilangan akal.
Harus dan mesti bagaimana? Sebab masa lalu itu begitu bebal.

Aku tahu, Kau sedang  main-main. Dengan keimananku.
Kenyataan terburuk tentu bukan  pilihan. Karena jika salah memutuskan. 
Akan ada penyesalan yang jauh mengerikan.
Dari masa lalu yang kini Kau hadirkan.

Tuhan, aku pasrahkan segala kebebalan masa laluku.
Sebab Kau maha tahu. Memohon ampun-Mu saja belum.
Nampak jawabnya. Kini, Kau mengajakku bercanda lagi.

Harus tertawa atau mati saja aku?

2025

 

Rizal Trismawan, lahir di Garut 1988. Guru Bahasa Indonesia. Aktif sebagai pegiat literasi daerah. Beberapa tulisan artikel, puisi, dan cerpennya termuat dalam antologi bersama.