Puisi Cinta dan Lain-Lain

17/11/2023

 

Menuliskan Namamu

 

seringkali aku menuliskan namamu, berulang-ulang 

hingga menyerupai rajah yang memberiku kekuatan

membuka diri untuk setiap tengara yang kausampaikan

pada sore yang berkemas menyiapkan hari pertama

atau pagi yang menyembunyikan daftar kejadian

 

malam larut ke dalam segelas kopi instan

kureguk di bawah tempurung atap pertobatan

setiap yang kupandang terurai jadi huruf-huruf 

dirangkaikan atmosfer yang kuhirup

jadi kalimat tanya yang kini melolong dalam nyawa

 

di ujung liwung rindu adalah gema gamelan 

mengiring tembang pangkur kefakiran

 

kutuliskan namamu untuk melawan kehampaan

penindas yang sembunyi di balik hingar kenangan

 

2009

 

 

 

Kupinang Adamu

 

kumasuki mihrab para pecandu

yang syairnya muradif dengan sepiku

 

janganlah menunduk memadamkan khayaliku

biarkan ia menyala dan pendar kecilnya 

menyatu di gugusan pijarmu

 

apa makna keberserahan ini?

adakah akar rumputan yang tak dipeluk debu?

kukenakan gerimis kulukai setiap gigilku

memburu hakikat kehangatan sangatlah menyiksaku

 

jangan bentangkan lagi jarak

meski selajur kerikil emas di bawah kakiku

beban ini telah menyatu dengan punggungku

dibayangi mendung di luas pencarian

tersendam di peluk kubur

 

kupinang adamu

dengan ketiadaan milikku

 

2009

 

 

 

Selepas Hujan

 

air tercurah ke dalam perigi

tersisa gerimis mekarlah kuncup melati

kebenaran dan ilusi memurnikan angkasa

dua kelokan menunggu di titik yang sama

 

ke bait sunyi pertapa telah kembali

iblis berlumang suram di sayap fajar bersembunyi

rumput dan kepingan berhala, jalan menanjak

lumut tua di sisa pagar tercampak

 

tak terpahat kata bijak, hanya segumul ciuman

mengambang di uap arak

 

2010

 

 

 

Puisi Cinta

 

ingin kupacari sepimu

agar sepiku punya teman 

berbagi rindu

 

ingin kupinang dukamu

berbagi terang dari sumbu 

yang satu 

 

ingin kunikahi adamu

berumah di batas keliaran cahaya

di rerimbun waktu

yang sabar menunggu

 

2010

 

 

 

Sebagai Kata

            :Ima Komala Dewi

 

sebagai kata aku telanjang

dalam tafsirmu

 

kerap ingin berkelindan

pada lirik lagu yang kausenandungkan

saat sore mengubah langit jadi ungu

 

atau ketika percakapan

menumbuhkan kerinduan

yang tak bisa kaulawan

 

usia menua, dan pengharapan

seperti pembatas buku

yang tak ingin beranjak ke halaman lain

pada lembar dimana tertulis puisi 

yang tak menyakitimu

 

2014

 

 

 

*Lima puisi di atas di ambil dari buku berjudul “Hikayat Pendekar Tua” karya Nunu Nazarudin Azhar.

 

 

Nunu Nazarudin Azhar, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 23 Agustus 1973. 

Menulis puisi, cerpen, esai, fiksimini, naskah drama, dan karya jurnalistik dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia. Beberapa karya sastranya dimuat di majalah Sunda Manglé, mingguan Sunda Galura, tabloid Sunda Kujang, majalah Sunda Cupumanik, Kabar Priangan, Tribun Jabar, Pikiran Rakyat, Republika, Suara Pembaruan, tabloid Nova, Koran Tempo, majalah sastra Horison, Kompas, dll. 

 

Buku karyanya yang telah terbit antara lain, Puisi, Cerpen, Esai, Carpon, Puisi Bahasa Sunda, Naskah Drama, dan lainnya.