Prolog Musim

28/04/2023

Prolog Musim

:Tania Safira

 

Aku ruang rindu, kau sekat

Yang memenuhi jarak

Kita tersesat dalam waktu

mencari pekat dalam dekapan

 

Kita daun gugur pada ranting yang berbeda

Angin ialah cinta kita

Membawa tubuhku dan tubuhmu

Jatuh di atas dipan yang sama

 

Kau embun pagi, aku sejukmu

Kau dekap aku dan kubaca mantra

Awan melindungi kita dari lenyap

Sebab matahari teguh sendirian

 

Lampung, Januari 2020

 

 

Hujan di Awal Fajar

 

Ketika sangkakala ditiupkan malaikat malam

Kita jatuh dalam pelukan angin

Sesaat kau dan aku luruh jadi debu

Di atas kasur yang pengap dan penuh gebu

Hingga kita sadari mimpi-mimpi telah sampai di fajar

Dihujani derai magis rintik rindu

Aku hanya membaca rindang tubuhmu

 

Gemericik menggema di ruang-ruang

Antara tubuhku dan tubuhmu

Lindap menjauh dari fragmen hujan pagi itu,

Ketika malaikat malam masih terjaga

Setelah meniupkan sangkakala

Hingga kita sama-sama tahu

Dan menyadari, bahwa tak ada mimpi yang teduh

Sebagaimana hujan di awal subuh

 

Way Halim, 25 Februari 2020

 

 

Tentang Malam Yang Tak Kunjung Larut

 

Dentang denting jam menemani tidurmu

Mimpimu serupa angin pagi

Sejuk namun tak kulihat rupamu

Aku bersajak semalaman,

Mengantarkanmu lelap seumur malam

Tak kuembus napasmu di ranjang yang suram

Rapal doa tidur membasuh telinga

Kita memandang mimpi yang terang

Di bawah bulan yang telanjang

Melihat kita dengan jalang

Mencintaimu tidak lekang

 

Lampung, Februari 2020

 

Sebuah Pesan

Telepon berdering di sudut suara
Kuterima pesan. Kubuka diam-diam
Sambil menutup pintu dan jendela 
Semoga burung-burung dan kicaunya
Yang berdentang sepanjang zaman
Tak ikut mengulur pandangan
Kubaca lirih, di hati dalam-dalam
Sebuah pesan dari Ibu:
“Bagaimana kabarmu di perantauan?”

7 Januari 2021

 

Epilog Musim

 

Kau senja musim panas

Aku fajar musim hujan

Dalam hari yang sama

Kita membawa angin yang berbeda

Kau pergi dengan indah, bersama kenangan

Tentang terik yang membakar

Aku datang dengan kesejukkan,

menyeka keringatmu untuk terakhir kalinya

adakah hari lain bisa mempertemukan kita

dalam tubuh yang sama dalam hari dan rindu yang sama pula

namun dari mana?

Aku berdoa. Semoga.

Kita pasang serasi yang dipaksa berpisah

Kita cinta yang tepat dalam waktu

Yang mencabik-cabik rindu

Sebelum musim berganti

 

Lampung, Januari 2020

 

Imam Khoironi. Lahir di desa Cintamulya, Lampung Selatan, 18 Februari 2000. Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Raden Intan Lampung. Menulis puisi, cerpen, esai dan artikel. Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (2019/Al-Qolam Media Lestari). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media cetak maupun online seperti Simalaba.com, Apajake.id, Kawaca.com, Radar  Cirebon, Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya.

Ia bisa ditemukan di Facebook : Imam Imron Khoironi, WA/Hp : 0858609086924, Youtube channel: Imron Aksa, Ig : @ronny.imam07 atau di www.duniakataimronaka.blogspot.com.