Pencuri Dini Hari
Pukul satu dini hari
seorang pencuri berlari
Dengan belati di tangan kiri,
ia menerobos kabut mimpi
Sepuluh belokan dilewati
pencuri tak berhenti
Hingga kaki menyenggol gelas kopi,
ia sembunyi
dan mengamati petugas ronda warawiri
Pencuri menyelinap rumah menteri
ia mengambil sekodi arloji
dan menyulut korek api
Disparitas arta bulan Juni
membumbung bersama angin sepi
Pukul Empat hingga Enam Petang
Pukul empat petang
jalan layang dipenuhi kijang
gerbong kereta padat pedagang
pelancong berebut tiket pulang
Pukul lima petang
cumulonimbus melayang
dan maruta berlari kencang
sengangar petir menerjang
dahan akasia terbelah dan tumbang
Pukul enam petang
seekor piton melintang
di jalan menuju ladang
seorang petani hilang
membawa takut di dalam tulang
Nasib Orang Melarat
"Saya belum makan lima hari."
"Saya tak peduli."
Ibu hidup sudah melarat
untuk apa memikirkan nasib orang sekarat
genting saja tak rapat
Kabar Radio Pagi
Radio pagi berbagi kabar
tentang kota-kota lapar
Gedung-gedung dibakar
Janji-janji dilanggar
Birokrat barbar
Sinar merah mengular
Menjalar padang belukar
Mawar dilarang mekar
Dalam dada darah berkobar
Menuntut dendam yang belum dibayar
Godaan Permata
Mereka tertawa
di atas bara luka
Perih pulih perih pulih berulang
Satu jarum menghunjam
Ribuan kata mendesak
Pita-pita dibungkam
yang salah jadi benar
yang benar disalahkan
Akal menjadi nakal
Kini tinggal raga
di atas rumah duka
dengan atap nestapa
tertutup permata
Kita
Kita: manusia-manusia lemah
mudah lelah
enggan mengalah
dan sigap menyerah
Kita: manusia rubah
mudah marah
sering salah
dan benar payah
Erna Muti’rofianas, mendayagunakan waktu luang dengan membaca fiksi, terutama genre misteri dan fantasi, serta menulis puisi, cerpen, dan resensi di beberapa media online.