Pencuri Dini Hari dan Puisi-Puisi Lainnya

20/06/2025

 

Pencuri Dini Hari

Pukul satu dini hari
seorang pencuri berlari
Dengan belati di tangan kiri,
ia menerobos kabut mimpi
Sepuluh belokan dilewati
pencuri tak berhenti
Hingga kaki menyenggol gelas kopi,
ia sembunyi
dan mengamati petugas ronda warawiri
Pencuri menyelinap rumah menteri
ia mengambil sekodi arloji
dan menyulut korek api
Disparitas arta bulan Juni
membumbung bersama angin sepi

 
Pukul Empat hingga Enam Petang

Pukul empat petang
jalan layang dipenuhi kijang
gerbong kereta padat pedagang
pelancong berebut tiket pulang

Pukul lima petang
cumulonimbus melayang
dan maruta berlari kencang
sengangar petir menerjang
dahan akasia terbelah dan tumbang

Pukul enam petang
seekor piton melintang
di jalan menuju ladang
seorang petani hilang
membawa takut di dalam tulang


Nasib Orang Melarat

"Saya belum makan lima hari."

"Saya tak peduli."
Ibu hidup sudah melarat
untuk apa memikirkan nasib orang sekarat
genting saja tak rapat

Kabar Radio Pagi

Radio pagi berbagi kabar
tentang kota-kota lapar
Gedung-gedung dibakar
Janji-janji dilanggar
Birokrat barbar

Sinar merah mengular
Menjalar padang belukar
Mawar dilarang mekar
Dalam dada darah berkobar
Menuntut dendam yang belum dibayar

Godaan Permata

Mereka tertawa
di atas bara luka
Perih pulih perih pulih berulang
Satu jarum menghunjam
Ribuan kata mendesak
Pita-pita dibungkam 
yang salah jadi benar
yang benar disalahkan
Akal menjadi nakal

Kini tinggal raga
di atas rumah duka
dengan atap nestapa
tertutup permata


Kita

Kita: manusia-manusia lemah
mudah lelah 
enggan mengalah
dan sigap menyerah
Kita: manusia rubah
mudah marah
sering salah
dan benar payah
 

Erna Muti’rofianas, mendayagunakan waktu luang dengan membaca fiksi, terutama genre misteri dan fantasi, serta menulis puisi, cerpen, dan resensi di beberapa media online.