Pelajaran Memupus Rindu

03/05/2024

Pelajaran Memupus Rindu

Di bukit cinta yang lembut
hanya ada bisu
yang memakan waktu perjalanan kita
sedang rindu
dimulai dari langkah-langkah kaki
dan iring-iringan doa
yang gagal kita ucapkan di pelaminan

2024

 


Panggilan Dari Petuah

Dering telepon itu merayap
di pekarangan rumah
mungkin ada sebuah jawaban
yang terkubur di seberang waktu

Kata-kata bagai elegi
yang memeluk dan merasuk
tiap-tiap insan
Tak usang ia menerang
titimangsa hidupnya
dan usul kelak matinya untuk abadi

2024

 


Ketika Merpati Putih Terbang di Pundakku
- Alm. Karta Anom

Langit awan putih
berjalan beriringan
membawa cahaya
mengikut jejak angin
meniti udara

Namun dadamu telah usai berdetak
terjatuh, menabrak, dan tumbuh
menjelma merpati putih
yang berkecipak sayapnya

Pada angin yang menggugurkan daun
kita saling menghitung mundur
angka-angka yang bias
merekah sendiri di luar waktu

Namun kita tetap menyusuri
ceruk-meruk kenangan
walau menatap kaku di pemakaman

2024

 


Pesan Bapak

Nak, barangkali hidup adalah kumparan marah dari lenggok kanan-kiri doa

Nak, batin sekarang cuma kata pada bait pertama, selebihnya kita yang dihimpun masalah dan bersalah

Dengarlah nak, risau lembaran buku yang ditinggalkan pemiliknya, bahkan dijual dengan harga murah

Sepertinya sama seperti kita, yang berdoa dalam-dalam untuk memohon pertolongan

Genggam tangan ibumu, nak
rasakan garis keras tangannya
ciumi tiap keloknya
sudah susah masih ditelan? apalagi artinya?” 

Ingat, ketika pagi datang
mimpi menutup dalam-dalam
Ingat, mimpi menengadah ngeri pada hari itu yang sepagi hari mengais nasi

Bapak pergi dulu bekerja membelikanmu mainan dan cemilan, lupakan buku lupakan aksara. Kita manusia memang tak kenyang makan puisi.

2024

 


Ingin Aku Menanam Damai

Ingin kutanam kedamaian
meski tanah ini penuh perseteruan
ingin kutabur benih ketenangan
walau lahan ini sarat kegaduhan
ingin kusemai pohon kejujuran
kendati bumi dilapisi kemunafikan

Tuhan
ajari aku untuk bersabar
menunggu hasilnya
memang tak mudah
tapi aku pasrah
pada kering tubuhku
yang melahirkan tumbang
di hamparan pasir antah-berantah

2024

 


Suara Di Atas Lautan Hina

Sebagai insan, bisaku hanya meminta
saat laut memilah selera, seluruh tapak yang menginjakku adalah kebahagiaan
kini tingginya melebihi awan
diterbangkannya mereka yang gemar merendahkan.

2024

 


Perjalanan Mencari Kebenaran

/1
Jika kutahu bahwa pengelanaan masih saja belum menemukan juntrungannya. Kepada hari pun sudah kutikam kepala dan pikiranku sendiri.

Barangkali, aku adalah jiwa yang terbelenggu — dalam ketidakpastian — aku pun berserakan.

Barangkali aku hanya ingin merenung dengan mereka yang berkalung derita di setiap pendakian kebenaran. Layaknyamemuncaki kebahagiaan; kan kulintasi arah yang gamblang

Atau barangkali kebenaran hidup serupasurga? Ah! tetap saja kuselami bunyi firman di tubuhku. Namun, tak kujumpai apa-apa di sana selain kegelapan; apa kau menangkap tubuhku?

/2
Barangkali dosa juga menggunung padaku
dan tak mampu kuhitung
namaku
kebenaranku
bagiku kian masih sebatas mencari warna; abu-abu dan ragu
sepertinya aku tak disukai Tuhan.

2024

 


Ketika Langkah Tak Lagi Berjejak

Aku terkelu
pada tuju yang sudah tak beradu

Tunjukkan aku jalan relung-Mu
di antara pasrah dan keraguan-Mu
dan pertanyaan atas kekeliruanku

Kini semua arah menjadi buntu
Kini manusia tak lagi berpangku kalbu

2024

 

 

Tentang Saya

Rifqi Septian Dewantara asal Balikpapan, Kalimantan Timur Mei 1998. Karya-karyanya pernah tersebar di beberapa media online dan buku antologi puisi bersama. Kini, bergiat dan berkarya di Halmahera, Maluku Utara. Bisa disapa melalui Facebook: Rifqi Septian Dewantara.