Musim Perburuan, dll.

08/12/2021

 

Musim Perburuan

: Tiara Pamulatsih

 

Yang melekat pada raga

adalah seutas nyawa

bagi sandaran kepala kita

 

Sebandul kumbul mengapung

di atas sungai menerka langit

kailnya menyusuri kedalamannya

 

Desir angin mainkan bulan

Ikan-ikan mulai berenang

Seorang perempuan tertahan

 

Padahal derap waktu di perburuan

kini, adalah debar kehidupan bagi

tiap-tiap yang terlahir di sini

 

Tapi kita memang sudah sepakat

Tak ada yang lebih berat dari adegan

lambaian tangan pada saat kereta berangkat

 

Duh. Ibu, peluk aku sebagai lakon darimu

Atas hidup yang dinyalakan padaku

Gembalakan nyawaku dari restu-restumu

 

Beji, Februari 2021

 

 

Wah

 

Lampu sudah padam. Jam dinding makin jelas terdengar.

Telinga berdengung kecil. Napas keluar masuk sesekali

berpanjang-panjang. Menata bantal. Mengubah arah badan.

 

Wah!

Siapa mau mencari? Siapa mau menunggu?

Udara bertambah dingin. Bulan melintasi kerumun awan.

Gelap. Sendiri. Nyeri.

 

Wah!

Siapa berdoa? Siapa yang mendengarnya?

Ada keasingan, ada keakraban. Harapan ngumpet.

Rokok, kopi, cita-cita, cerita, menyisir jalan.

 

Wah!

Siapa dijenguk sunyi? Ke mana kan berlari?

 

Purwokerto, Mei 2021

 

 

Prelude

 

Balur hati di rahang waktu

terkunyah-kunyah langit renyahku

engkau yang bermukim di sukma

simak-simaklah gumam sajakku

dalam galau metropolitan, satu ransel puisi

digendong pergi berjemur terik matahari

menguap rinduku penuh sesak di penghujung hari

 

Bekasi, September 2021

 

 

Rangkuman

 

hujan sepanjang jalan mengguyur dedaunan

seraya membasuh luka di punggungku

gores lebam bekas matahari meronta garang

maka basah kuyuplah aku dalam kesendirian

ibu sunyi kan diam-diam memeluk tubuh malam

di sini, dan pada keresahan yang selalu mengganggu

jari jemari puisi dengan setia memijit urat nadi hayatku

 

Bekasi, November 2021

 

 

Kelana

 

pelepah daun pisang muda

diayunkan tangan anak kecil ke udara

memecah langit ramai bersambung ketukan palu pekerja

gairah di pagi senantiasa begitu menggoda mimpi-mimpi semalaman

hingga basah jemari meleleh jatuh mengetuk bumi

pada tempat berdiri saat ini, yang jauh dari tanah kelahiran

bertarung sungguh di bawah matahari garang

kadang jemu, sepi merundung sebelum mata benar terpejam

dan rindu terasa semakin berat di badan, pula cinta jadi terbentang lebar

menantangku tahan merangkum sedih bahagia malang melintang liar

 

Bekasi, Desember 2021

 

 

Salam Kecil

 

sepi malam

titip salamku buat riang

orang-orang tersayang

 

Ciantra, Desember 2021

 

 

Rizki Afif Kurniawan, lahir di Banyumas 31 Oktober 1999. Nomor kontak 0831-1765-3063. Instagram @rizkyafifkurniawan