Menyapa, dan Lain-Lain

10/02/2023

 

Menyapa

 

Kau bilang padaku, tidak bisa memberikan senyumanmu di pagi hari.

Tidak untuk kali ini.

Hendak apa kau berbuat demikian?

Lagi pula tidak ada timbal balik yang sejalan.

 

Waktunya sudah habis.

Terserah, jika kau ingin pergi (lagi).

Mungkin kau menemukan kepingan dari diri ini.

Namun kini waktu tak tepat untuk saling berbagi.

 

 

Bias

 

Tujuan pertama hanya sekedar untuk mencari teman.

Dirinya tidak pernah benar-benar jatuh cinta dengan sesuatu sampai rela menghabiskan waktu.

Tapi kau berbeda, jujur dia berkata.

Namun, kau pun bersikukuh, enggan untuk merusak ideologi hanya karena kau yakin aku adalah orang yang tepat.

Dia paham dan yakin, kalo aku hanya menganggap dia sebagai teman yang baik dan senang berbagi.

Tak pernah terbayang untuk menjalin hubungan bersama, membangun mimpi, bahkan memikirkan untuk bersenang-senang semata, dia menanggapi

Memang sulit dicerna, jika sebuah hubungan yang didasarkan atas perasaan tulus, tanpa adanya ikatan, rasanya hampa.

 

Aku bukan orang yang berperasaan, ungkapnya.

Dia mengaku, sudah banyak memanipulasi diriku selama ini.

Secarik kalimat-kalimat terakhir yang ia gambarkan, aku sangat rapuh, sensitif, terlalu naif dan pesimis.

Dia berasumsi, banyak kekuatanku muncul dari keburukan orang lain, baik itu dendam, kebencian ataupun kekecewaan.

 

 

Kendali Jauh

 

Menyapamu dalam bingkai titik temaram

Yang disalurkan oleh embusan angin malam

Berharap mengetahui apa yang ada dalam benak

Namun sayang rasa ini begitu tersentak

 

Kabar yang tak kuharapkan terjadi

Mungkinkah kau pergi meninggalkan dimensi ini

Ataukah diam-diam kau mengalami amnesia dini

Manusia macam tak punya etiket diri

 

Kau bilang aksa bukan perihal yang harus ditakutkan

Namun kali ini aku prihatin mendengarkan

Benda hitam berisi rekaman

Menceritakan kisah tentang pelaminan

 

 

Tentang Aksa

 

Aku ragu jika kita mengikat dengan jarak yang begitu jauh

Bagaimana jika kau mematahkan itu di tengah perjalanan?

Akankah kau mau sedikit saja meluangkan waktumu,

Hendak menanyakan kabar satu kali dalam seminggu

 

Maaf nona, tuan sibuk di sini.

Rupanya bertemu dengan gadis tinggi semampai penuh dedikasi

Dia orang terdekat pengganti diri yang ditinggal pergi

Memang aksa tak bisa aku salahi

 

Tenang nona, rupa senyum, raut dan aksennya serupa denganmu

Menohok kabar tersebut, realita yang seolah begitu semu

Tidak habis pikir, manis sekali kau dengan perkataanmu

Menderu biru namun nahas begitu haru

Kalimat itu

 

 

Laga Tenteram

 

Tadi dia bercerita mengenai dirimu yang jauh di pelupuk mata

Kabarnya bahagia mendengar diriku juga setara

Apa kabar rasa, masih kah ada?

Apakah sudah sirna ditelan nestapa?

 

Episode jarak lagi ya?

Tidak kah kau merasa bosan mendengarnya?

Kau bosan, mengapa kau tak tuntut sang waktu?

Jika kau mau, coba saja lakukan.

 

Siapa yang bersabar, akan menuai hasil yang berbinar.

Masing-masing dari kita akan mundur, seleksi alam.

Setelah di penghujung kisah, mengetahui kita pun terdiam.

 

Atau kah terjadi alur balik?

Tidak ada tikam-menikam?

 

Priscilia Tsany. Nomor HP: 08990734146. Instagram: @prisciiil