Maukah Kau Duduk dan Menghabiskan Cerita Ini Bersamaku

08/08/2023

Pesta Kecil

 

Pada sudut paling sepi

Kita rayakan pesta kecil-kecilan ini

Tanpa sanak famili ataupun kembang api

Tanpa lampion, lagu, atau balon warna-warni

 

Pada sudut paling sepi

Kita buka kado ini

Isinya rembulan, bintang dan sebuah puisi

Yang menguar di udara sejak gerimis terurai

 

Pada sudut paling sepi

Kita mulai pesta kecil ini

Dengan doa lirih, dan tiupan kecil-pelan

Kita sambut dirimu pada kebaruan

 

Way Halim, 24 Juli 2020

 

 

Menakar Usia

Kita menaruh waktu di dahan-dahan kering pengharapan

Jaraknya menghamba musim

Beralih terus sampai tanggal gigimu

Dari kultus yang rumpang

Menuju keabadian yang tumbang

 

Aku menjaga detik di ruang gusar

Kau mengembus hari bagai kehausan

Tubuh waktu menjelma perapian

Kita kosong sebagaimana awal penciptaan

 

Ranjang tempat merebahkan mimpi-mimpi mulai mengeluh

Bau asap dan tanah, mulai menyeluruh

Kau dan aku masih bertatap jalang

Gigi, kita tinggal di belakang

Meski seharusnya kita tidur di altar

Dan orang-orang menyaksikan cintaku abadi

Padamu yang mengabdikan cintamu pada hari

Ketika kita tak lagi bisa menakar usia

 

November 2019

 

 

Diorama

 

Kulukis rimbun lekuk waktu

Di kanvas kecil berbentuk segi empat

Sisi pertama:

Serpihan gusar mendiami pelupuk daun

Yang nampak pada bola matamu

Bayangnya ranum, begitu ingin kupetik

Dan aku simpan di ruang rahasia

Yang cerita-cerita tentang rindu bersua

 

Sisi kedua: tetesan air jatuh

Dengan lembut dari pagi yang redup

Terbawa arus sungai

Ke muara terpencil

Jauh dari riuh suara kicau burung

Ricik-ricik mengalun mendiami tubuhmu

Seandainya ia sebuah lagu, engkaulah liriknya

 

Sisi ketiga: garis-garis raut usia

Tergambar pada lembah wajahmu

Kerut tipis nampak begitu sempurna

Berjajar dengan senyummu

 

Sisi keempat: semilir angin dari bukit-bukit rendah

Membentuk riak kecil di telingamu,

menggambar debu-debu di udara

membawa rindumu larut

bersama redup cahaya

 

dan sampailah kita di sudut diorama

tempat lukisan ini aku pentaskan

dengan ornamen-ornamen rindu

yang utuh dan begitu lirih menyatakannya

 

Lampung, 28 Agustus 2020

 

 

Setelah Puisi

 

Sehabis membaca puisimu, pagi itu

Kutulis fragmen kecil, di bawah titimangsa

Tentang rindu yang telah menjelma kata

Lalu kusimpan di saku kemeja

Kubawa pulang ke desa

Dalam waktu-waktu yang berjalan, hujan turun kemudian

Membasahi seluruh jalan

 

Dengan penuh kepayahan aku,

Mengingat detil-detil puisimu

Dan fragmen kecil itu

Sampai aku tiba di tapal desa

Aku masih suka melafalkan

Diksi yang setia menemaniku

Di saku kemeja pemberianmu

 

Lampung, Agustus 2020

 

 

Maukah Kau Duduk dan Menghabiskan Cerita Ini Bersamaku

 

Kalau bisa, aku tak akan pergi

Kita di ujung takdir

Tapi, cerita yang kususun

Tak kunjung menemui kata usai

Haruskah aku menghabisinya sendiri?

Atau maukah kau duduk

Di beranda rumah ini

Sambil mengisap aroma susu

Dan menghabiskan cerita ini

Bersamaku?

 

Kalau boleh, aku tak akan pulang

Sehingga apa yang kau tulis

Menjadi runtutan hidup

Tidak menjadi sia-sia

Entah pun harus habis

Kita bisa menawar untuk

Menghabiskannya bersama-sama

 

Kalau perlu, aku tak akan berpaling

Karena jasadmu ada di ruang dingin

Sedangkan obrolan tentang

Kehangatan telah menguap

Melalui cerobong pertengkaran

Tapi, sekali lagi

Seharusnya kita bisa

Membicarakannya

Untuk ke tiga kalinya

"Habiskan cerita ini saja sendiri!"

 

Bandar Lampung, September 2022

 

 

Biodata Penulis

Imam Khoironi. Lahir di desa Cintamulya 18 Februari 2000. Masih mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Raden Intan Lampung. Punya cita-cita jadi terkenal. Tidak terlalu suka seafood dan kucing. Penggemar mi ayam dan bakso garis keras ini suka nulis puisi, cerpen kadang-kadang juga esai.

Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (ada di tokopedia). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai online seperti Simalaba.com (lainnya googling sendiri) dan media cetak seperti Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, Bhirawa, dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya.

Ia bisa distalking di Facebook : Imam Imron Khoironi, Youtube channel: Imron Aksa, Ig : @ronny.imam07 atau di www.duniakataimronaka.blogspot.com.