Kesepian Adalah Sajak Paling Nelangsa, dll.

24/03/2022

Posong

 

: Muhammad Agung

 

kau titipkan ruh dalam sadarku

rikala malam masih menggantung di langit

kota yang lelap ini

menasbihkan perjalanan kita

 

di pintu masuk sebelum mengembara

kecemasan berjejer di antara jalan berbatu,

di antara halimun yang pasang

dan di antara patah langkahmu di tanjakan

 

aku mengenang peristiwa itu dalam lamunan,

dalam lantunan subuh yang bertubrukan di udara

menari agar gigil undur diri

mulai mendaki, saat jingga mencakar gulita

 

inilah akhir dari perjalanan

mentari telah menyublim kebekuan

pulang, melambai tangan pada cemara dan tembakau yang hana

tak lupa merekam gambar diri dalam fotografi.

 

Maguwo, November 2021

 

 

Peristiwa Merindukanmu

 

kerling matamu tertanggal

di antara rimbun bunga-bunga

duduk di pematang taman,

kau pastikan kebekuan tak jatuh

di punggungku malam itu

saat halimun berangsur turun

 

sudah hampir sepekan

aku hanyut dalam kerinduan

peristiwa merindukanmu

tak pernah sebegini pilu

pulang dan peluklah hatiku

kasih, kehilanganmu sungguh ambigu.

 

Maguwo, November 2021

 

 

Kesepian Adalah Sajak Paling Nelangsa

 

telah lama tak semuka

masihkah di meja kerja itu

kau jahit pakaian

yang nantinya akan selalu aku kenakan

 

kesepian hadir sebanyak gugur hujan

pagi ini, kutemukan kau berbaring di langit

membandingkan pada tubuhku

hangat mentari atau gambaran dirimu

yang sampai di tanah hatiku.

 

Maguwo, Desember 2021

 

 

Tempat Pulang

 

waktu telah beranjak

menabuh genta rimba

tempat diri yang lelah kembali

menyembahkan hidup

 

riuh di udara

petunjuk pulang ke pelukan Tuhan

langit bersemu kesumba

tapi tubuh diselimuti dosa.

 

Maguwo, Desember 2021

 

 

PHK

 

selamat pagi peraduan

kudengar ayam berkokok

dan kesiur bambu bertubrukan

mentari mencakar gulita

 

saban hari berkencan lamunan

keberadaan hati yang lelah ini

telah melukis gunjingan

pada bibir pendatang

 

jika malam dapat kujelangi

nanti, ingin kurebahkan diri

dalam hamparan mimpi yang ritmis

terus berlarian di sana.

 

Maguwo, Desember 2021

 

 

Lembur

 

Seolah waktu

akan terus berguling

di tubuh hari

Merekam tangan

di lembaran janji

seperti menemukan

Tuhan yang baru.

 

Temanggung, Desember 2021

 

 

Tahun Baru

 

Tak kudengar lagi bunyi trompet

bersahutan di udara

Api yang mengembang

musnah dilindas hujan malam

Tubuh-tubuh akan pulang

ke peraduan

Pesta berlangsung

di dalam mimpi.

 

Temanggung, Desember 2021

 

 

Tahun Baru(2)

 

kenangan muram lekas dibakar

serupa jiwa yang duduk di meja kerja

menggenapi hitungan dengan banyak jahitan

sedang tubuh di peraduan

lanjutkan mengembara

yang seolah selamanya

kenangan baru di pendiangan

apakah kita dapat menikmati

ketika ia akhirnya masak

dan waktu selalu jadi misteri

yang penuh kejutan.

 

Temanggung, 01 Januari 2021

 

 

Ibu

 

aku melihat firdaus yang indah

pada sepasang matamu.

 

Temanggung, 09 Januari 2022

 

 

Surat Bagi Ayah

 

(lukisan kerinduan)

 

Sejak kau tinggalkan rumah

begitu banyak kecemasan yang tanggal

punggungmu lingsir di senjakala

perahu berlayar menjelangi mala di udara, di rumah-rumah

 

Seperti ketika belia

aku hanya ingin tidur di dadamu

memasung tubuhmu dengan keengganan

setelah lelap mimpiku

 

Yah, di dermaga ini telah aku tasbihkan

merapal namamu pada sujud

bagi hatimu yang sufi

menunggu engkau mentas dari pertikaian

 

Yah, perahu bercadik itu jadi wasilah

sore ini menghitung waktu kepulanganmu

Yah, aku tak ingin kau bawakan permata

aku hanya ingin telaga indah pada sepasang matamu.

 

Temanggung, 30 Januari 2022

 

 

Aris Setiyanto menulis puisi-puisi gelap. Hobi menyanyi. Buku puisinya, Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas (2020) dan Ketika Angin Berembus (2021). Instagram : @aris.nohara Email : arisnohara00@gmail.com WhatsApp : 081227080052