Karsa yang Membara, dll.

05/12/2021

 

Renung Yang Tak Berdalih

 

Beberapa makhluk yang sombong

Kata-kata yang menusuk tajam

Tanpa berdalih

Seolah merenung

Dia bukanlah menampar diri

Itulah jaminan strategi

Sebab topeng itu sulit kita tebak

Ke mana ia akan mengumpat

Air mata pendusta di depan mata

Belas kasih yang meracun

Sebab itu tak pernah berdalih sedikit pun

Sebab musuh-musuh itu nampak tak kasat mata

Terkelabui sesaat

Hati keras dan menggoyahkan rasa

Sebab itulah nampak kasar

Manusia tak berdalih berada pada renungan yang alim

 

Tasikmalaya, 14 Juli 2021 

 

 

Pucuk Surat Pada Sabtu Malam

 

Begitulah jadinya

Tulisan bertinta hitam pada malam hari

Dia menyampaikan sepucuk pesan padaku

“Berikanlah tenda itu ” Ujarnya pada kesepian

Lelahnya jalan yang menanjak pada keesokan

yang gelap gulita

Akan kudambakan pada sepucuk kertas yang kusut

Esok  atau Sabtu malam akan kutemui

Di bale endah, tempat kita bersuamesra

dalam flamboyan kasih sayang

Ranah yang tak dijamahi

“Berani sekali kau sebut padaku wahai syahdu”

Amarahnya memerah bagaikan api yang membara

Esok pagi dia akan kutemui

Dengan membawa bingkisan makanan yang sudah matang

Sebab dia tak pernah makan kenyamanan dari sejak elega pergi

Baiklah kawan dermawanku

Sampai ketemu, pada kursi perdamaian

Kita diskusikan dan renungkan

tentang makna kebenaran seolah disembunyikan

 

Tasikmalaya, 27 Desember 2020

 


Sebelum Azan Magrib

 

Aku bercakap pada senja

Sebelum menunaikan kewajiban pada maha cinta

Aku meminta pada kemaruk senja

Selalu mengucap kata kasih pada yang mulia

Aku berpeluk mesra

Pada kemarin yang datang tanpa harapan

Yang di sana

Kau bersanding pada kelembutan yang kau inginkan

Aku melirik pada setiap bayang-bayang senyumanmu

Entahlah sedikit berkhayal ketika aku bercakap

Tapi roda perputaran hati tak bisa kubohongi pada saat ini

Aku merindukan perhatianmu pada setiap senja yang kau ucapkan

Wajahmu seolah cahaya lembayung yang bersinar terang

Padahal aku diambang pada cinta yang sesungguhnya

Pada saat keabadian malam menjemput warna indahnya senja itu

Aku ucapkan dari peluk jiwa ragaku

Selamat kau tunaikan ibadah pada sang maha cinta

Aku bersujud pasrah, padamu dan dirimu kuadukan

Pada sang pemilik rasa, pencipta butir-butir keindahan

 

Tasikmalaya, 16 Januari 2021

 

 

Karsa yang Membara

 

Dalam derap yang memadu pada garis kemenangan

Terdengar suara rata yang membisik pada telinga

Lampion kegelapan

Sinar kegagahan

Bendera kemenangan

Berkibar mengobarkan api yang membara

Pada sekian waktu saat menunggu dekat tembok yang runtuh

Lamunan akan lukisan semangat yang terpancar

Tampak puing-puing lelah yang luntur perlahan

Butir-butir keringat yang melelah

Saat kau luruskan hati pada arah di depanmu

Kuatkan kaki dalam derap juang

Tekadkan hati dalam semangat yang panjang

Esok atau lusa bahkan sepanjang ingatan atas takdir kuasa yang mendekapmu

Pada medan yang larang, karsa membara pada mega keabadian

 

Tasikmalaya, 12 April 2021

 

 

Selesai Tapi Tak Sampai

 

Kisah pilu diriku menguyam hidup

Sebab aku tak mampu membahagiakan

sampai rambutku berubah warna

Semesta yang lebih cepat memanggilku

Maafkan aku wahai kekasih

Sebab hari ini diriku tak sampai

Pada pelukan hangat yang setiap pagi kau lakukan

Diriku terbalik takdir yang menyekat

Sora-sorak aku berteriak lantunkan takbir

Sebab kutak tahu bagaimana yang terjadi

Dalam pikiranku, perjalanan ini sudah sampai

Dan aku bisa memeluk dan merasakan kehangatan dengan erat

Tapi ternyata tidak

Perjalananku selesai tapi aku tak sampai

Bukan aku tak sayang

Sebab waktuku bersamamu sebatas senja yang sekejap

Semesta menyudahi tugasku menyayangimu

Buah hati lembutmu

Ikut bersamaku menjamah jannahnya sang semesta

yang indah dan menyejukkan

Tugasmu wahai kasih

Perbanyaklah bercengkerama dengan pencipta

Sebab waktu bahkan tak ada yang mengetahui

Entah sekarang, esok atau lusa

Dirimu kan pulang ke alam kekalmu

Buah hatimu bilang rindu

“Ayah titip jaket kesayanganku” ujarnya

Janganlah menangis kasih

Kami merindukanmu

Kami mencintaimu

Kami menunggumu di jannahnya Sang Khalik

 

Tasikmalaya, 14 September 2021

 

 

Dadan Sutisna, lahir di Tasikmalaya, 15 Juli 1999. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Uiversitas Siliwangi. Moto hidupnya, "Rasa yang tak terlihat bisa merasakan indanhnya semesta, tapi hati yang tertutup sulit untuk mengagungkan buana."