Bertumpuk Cemas, dll.

21/04/2022

Menyekap Sunyi

 

Di tubuh waktu

Aku menyekap sunyi

Menyembunyikan tunas mentari

Tetapi takdir tahu milik siapa

Sejak subuh

Aku menjelma kosakata

Sebab ibu memberi aku pena

 

Subang, 2021

 

 

Pada Tahun Keempat

 

Waktu melesat

Menyapa tahun keempat

Lantas gegas dengan khidmat

Gumpalan kenang terpaksa dilipat

Diletakkan pada pundak-pundak yang merasa nikmat

Soal masa depan yang dikira selalu hangat

 

Subang, 2021

 

 

Samir Doa

 

Di tanggul kesedihan

Yang kubisa hanyalah tabah

Memanggul kombinasi nasib dan takdir

Aku tak punya apa-apa

Selain samir doa di antara jemariku nan legam

 

Subang, 2021

 

 

Yang Mengintai Aku

 

Apakah harus kutidurkan masa lalu?

Di pemukiman waktu

Yang saban hari kutinggalkan

Kala sulur-sulur bahagia berdansa

Sekejap lupa waspada

Sedang diam-diam maut mengintai aku

 

Subang, 2021

 

Bertumpuk Cemas

 

Di jalan nan ganjil

Aku menenggak moksa

Dan menjaring kesedihan

Yang sekarat

Tubuhku bertumpuk cemas

Moga tak kunjung telat

Di pintu tobat

 

Subang, 2021

 

 

Nida Nur Fadillah, kelahiran Subang pada tahun 1999. Menamatkan studi program sarjana dari Universitas Pendidikan Indonesia. Menulis puisi, cerpen, artikel, esai, dan cerita anak. Puisi-puisinya tersiar di media cetak, yakni Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Bangka Pos, Harian Bhirawa, Majalah Elipsis, Radar Cirebon, Malang Post, Radar Tasikmalaya, juga tayang di media online, yaitu Kabar Madura, Gadanama, Kami Anak Pantai, Metafor, Tajdid, Salik, Nolesa, Takanta, dan Langgam Pustaka. Buku antologi cerpen tunggalnya berjudul “Sebelum Dendam Memudar” LovRinz Publishing (2019). Artikel-artikelnya tayang di Portal Berita UPI, IJOCSEE, Tinta Hijau, Mojok, Islampos, Jalan Sirah, dan Ruang Muslimah. Cerita anak perdananya tayang di Cerano. Bagi Nida menulis umpama terapi.