Novel Tersesat Setelah Terlahir Kembali: Rangkaian Maskulinitas pada Dimensi yang Berbeda

10/06/2025

 

Tersesat Setelah Terlahir Kembali, merupakan sebuah novel karya Yoga zen yang berhasil menjadi juara 1 pada Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2023.  Novel ini berhasil mengalahkan puluhan pesaingnya dengan membawa tema kebudayaan yang ada di Sumatera Barat. Esai ini dibuat sebagai bentuk apresiasi terhadap karya Yoga zen yang mampu mengangkat budaya maskulinitas budaya baburu di dalam novelnya, setelah sebelumnya sering diapresiasi dalam bentuk bincang buku yang diadakan di berbagai daerah. Kali ini penulis mencoba untuk memberikan apresiasi melalui esai mengenai Rangkaian Maskulinitas pada Dimensi yang Berbeda dalam Novel Tersesat Setelah Terlahir Kembali.

Novel adalah genre prosa yang mengungkapkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang luas, dan menyajikan masalah kemasyarakatan yang luas (Rahayu, 2014). Maka dari itu, Novel bisa disebut sebagai sebuah gambaran yang paling mungkin tentang realitas. Novel juga bisa menjadi sebuah sarana kritik terhadap budaya di dalam Masyarakat. Seperti novel Terusir karya Buya Hamka yang mengkritik bagaimana perkawinan lelaki Minangkabau dengan wanita yang bukan etnik Minang. Sebagai sebuah kritikan, dan juga sebagai sebuah gambaran sebuah realitas kehidupan. Maka novel sastra sangat dianjurkan untuk dibaca.

Pada berbagai kesempatan dalam diskusi bedah buku, kebanyakan maskulinitas yang sering disorot pada Novel Tersesat Setelah Terlahir Kembali adalah budaya baburu yang ada di Ranah Minang. Menurut R.W. Connell, seorang  professor feminist sosiologi pada laman web Raywynconnell.net menyebut maskulinitas tidak sama dengan laki-laki, Maskulinitas menyangkut posisi laki-laki dalam tatanan gender, bisa didefenisikan sebagai parktik yang digunakan orang-orang (baik perempuan, maupun sebagian besar adalah laki-laki) untuk menjalankan posisi tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut maskulinitas bisa dipahami sebagai sesuatu yang mendominasi (masculinity hegemonic dan bentuk masculinity yang terpinggirkan). Teori Maskulinity ala R.W Connel juga bisa di pahami sebagai sesuatu yang bukanlah alami melainkan dibangun dipertahankan melalui tradisi. 

Maskulinitas yang Dipertahankan Melalui Tradisi
Berdasarkan teori tersebut pertama-tama yang paling tersorot oleh pembaca adalah tradisi baburu di Minang.

“Setiap laki-laki di kotanya selalu pergi baburu babi hutan pada hari minggu kadang juga rabu. Dengan kata lain itu tradisi, Jika kelak kami hidup bersama, ia tak ingin aku dianggap sebagai Sumando kutu Dapua.”  

Sumando kutu dapua adalah sebuah istilah yang di sematkan kepada seorang suami yang banyak menghabiskan waktu di rumah daripada di luar. Tokoh aku di sini diharuskan mengikuti sebuah tradisi laki-laki yaitu baburu sebagai sebuah tradisi maskulinitas yang ada di ranah Minang pada saat itu, agar si laki-laki tidak mendapatkan penghinaan oleh orang kampung. Apalagi si tokoh aku adalah minantu orang terpandang di kota itu. Budaya baburu telah ada di Minang sendiri sejak lama sudah jadi hal yang lumrah pada zaman dahulu, setiap rumah memiliki seekor anjing yang dipelihara dan diajarkan untuk baburu. “Basabab mako bakarano.” Budaya baburu sendiri hadir di Minang  karena seringnya perkebunan warga dirusak oleh babi hutan. Sebagai mata pencaharian utama orang darek pada saat itu, maka baburu akhirnnya menjadi sebuah tradisi yang terus dilestarikan dari zaman ke zaman.

Selanjutnya adalah maskulinitas yang tergambar pada masa lalu Leman salah satu tokoh misterius yang digambarkan pada novel Tersesat Setelah Terlahir Kembali sebagai mantan prajurit. Leman ditertawakan oleh rekannya, dan mendapatkan intimidasi oleh komandannya Kapten Sujoso karena buruannya yaitu tawanan yang dilepaskan tidak berhasil ia tembak. Sementara rekan-rekannya yang lain berhasil menembak mati setiap tawanan yang dilepaskan. Tawanan dilepaskan sebagai hiburan dan sebagai penghemat pasokan makanan bagi tentara dalam hutan tersebut. Setelah beberapa kali percobaan Leman tetap gagal sampai-sampai ia diledek “yang kau pegang itu senapan, bukan susu ibumu”. Leman pada awalannya tampak tak berdaya dan sangat ketakutan ketika mencoba membidik buruannya hingga percobaan terakhir seandainya ia tak mampu juga mengenai mengasanya, makanya kepalanyalah yang akan berlubang oleh kapten Sujoso

“Tiba-tiba kulit kepala belakangnya merasakan setitik dingin yang aneh, Ia meraba tanpa menoleh, dan menemukan moncong browing bersemayan utuh di sana, “ jangan paksa aku menarik pelatuknya nak,” ucap kapten Sujoso. 

Maskulinitas dalam Seksualitas
Maskulitas dalam seksualitas  tergambar jelas secara radikal oleh Mak Utiah yang ternyata adalah seorang pecinta sesame jenis. Mak Utiah dengan mengejutkan menjalin hubungan terlarang itu bersama dengan Leman. Tokoh yang dikenalkan pada awalnya adalah seorang duda dan mantan prajurit. Tanpa diduga-duga ketika si tokoh aku yang penasaran dan menyelinap ke rumah Leman menemukan Leman ternyata seakan memadu kasih dengan Mak Utiah, ia melihat posisi Leman yang berdua dengan Mak Utiah dalam bathup, Mak Utiah mencukur bulu di wajah Leman dan mendekap Leman, dalam narasi dan rangkaian peristiwa yang cukup panjang tersebut, si tokoh aku belum tersadar bahwa Mak Utiah ternyata adalah seorang Homosexual. Baru pada adegan selanjutnya ketika mereka saling berciuman akhirnnya tokoh si aku baru sadar. Tergambar jelas maskulinitas dari awal adegan sepanjang Plot cinta terlarang tersebut menggambarkan keperkasaan Mak Utiah yang mendominasi mulai dari adegan mencukur, hingga membersihkan luka yang ada di wajah Leman dengan ciumannya.

Pada contoh yang telah diuraikan di atas. Memperlihatkan bagaimana maskulinitas dalam tatanan masyarakat, selain juga dibentuk oleh tradisi dan menjadi keyakinan di tengah masyarakat, juga dibentuk lantaran dominasi dalam hal sexualitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan R.W. Connel bahwa maskulinitas bukan hannya sebatas gender tetapi sesuatu yang mendominasi secara hegemoni bisa dibentuk oleh tradisi bisa juga dibentuk oleh peran dalam sexualitas.

Daftra Pustaka
Rahayu,   Ira.   2014. Analisis   Bumi   Manusia Karya Pramoedya  Ananta  Toer  dengan Pendekatan    Mimetik. Dieksis    Jurnal Pendidikan  Bahasa  dan  Sastra  Indonesia. Cirebon: FKIP Unswagati
Masculinities. (2025). Retrieved May 25, 2025, from Raewynconnell.net website: http://www.raewynconnell.net/p/masculinities_20.htmlConnell, R. W., & Messerschmidt, J. W. (2005). Hegemonic masculinity: Rethinking the concept. Gender & society, 19(6), 829-859.Zen, Yoga. 2025. Tersesat setelah terlahir kembali. Serpong, Tangerang selatan. CV.Marjin Kiri.

 

M. Iqbal Maulana seorang mahasiswa, Sastra Indonesia di Universitas Andalas. Punya keinginan sederhana menjadi sastrawan yang rendah hati. Bisa disapa pada halaman Instagram @maulana_yamaulana2